Key Performance Indicator di ICU

Key Performance Indicator di ICU

Suasana ruang ICU yang dulu sudah jauh berbeda bila dibandingkan ruang ICU saat ini. Tahun 2010, setiap harinya dalam tiga bulan saya berkunjung ke ruang ICU. Untuk masuk ke ruang ICU, saya diharuskan menggunakan “jubah hijau” (baju pengunjung) dan tak beralaskan kaki. Tapi ICU yang sekarang berbeda. Saya tidak lagi diminta oleh perawat untuk mengenakan “jubah hijau”. Bahkan saya diminta untuk tidak melepas alas kaki saya. Perawat hanya menginstruksikan sebelum dan setelah masuk ICU, harus cuci tangan dengan antiseptik yang telah disediakan di RS. Kenapa saya terlihat tertarik dengan ICU ?? Karena stigma masyarakat tentang ICU adalah pasien yang masuk ICU maka akan meninggal. Dan itu membuat saya penasaran ingin tahu lebih jauh tentang ICU.

ICU menjadi salah satu ruang di RS yang membuat RS rugi. Apalagi sejak adanya JKN yang mana setiap diagnosa ada klaimnya sendiri. Misalnya diagnosa penyakit A, prosedur clinical pathwaynya dirawat 3 hari maka nilai klaimnya sebesar 1 juta. Bila pasien BPJS di rawat lebih dari 3 hari, biayanya akan melebihi 1 juta dan kelebihannya akan ditanggung oleh RS. Itulah mengapa ruang ICU selalu rugi. Karena klaimnya yang melebihi pagu. Dari penelitian yang saya lakukan, ternyata pasien yang meninggal di ICU, biaya yang habis dibawah pagu. Artinya RS akan untung. Lalu, apakah berarti lebih baik pasien meninggal di ICU agar RS bisa untung ??? Disinilah uniknya ICU.

Rudyanto Soedono, SpAn(K) sebagai Kepala ICU di RS Pemerintah ternama di Jakarta mengatakan bahwa tidak ada kata tiba-tiba di ICU. Sebagai contoh tidak ada pasien tiba-tiba arrest di ICU. Sehingga bila ada kata tiba-tiba di ICU, maka Anda tidak bekerja atau Anda tidak mempunyai sistem atau sistem tidak bekerja. Ketika tim di ICU tidak dapat memberikan pencegahan, maka itu bukanlah ICU. Karena ICU adalah sebuah area untuk melakukan pencegahan terhadap suatu keadaan yang buruk. Sehingga seluruh tim harus dapat melakukan pencegahan.

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

Sementara itu, Key performance Indicator di ICU biasanya meliputi (1) BOR, LOS, BTO, TOI, GDR, NDR, (2) Hand Hygiene, VAP, Blood stream infection, wound infection, decubitus, urinary infection, needle stick injury, infection control, (3) patient safety, cost effectiveness, ICU error, (4) readmitted, reintubation, self extubation, (5) antibiotic round, management round, complex case round.

Pesan yang dr. Rudy sering sampaikan kepada staf nya di ICU adalah ketika Anda tidak berguna bagi pasien maka serahkan pasien itu kepada orang yang berguna. Jangan pertahankan diri Anda disamping pasien bila Anda tidak berguna. Karena di ICU, pasien full bergantung pada kita.

Lalu siapakah yang menentukan pelayanan terbaik di ICU? dokter kah, perawat kah, apoteker kah? laborat kah? Jawabannya adalah orang yang memberikan pelayanan paling buruk. Karena hasil akhir pelayanan bukan ditentukan oleh orang yang melakukan pelayanan terbaik melainkan oleh orang yang melakukan pelayanan paling buruk. Pekerjaan yang berjam-jam, berhari-hari dilakukan di ICU bisa hilang karena beberapa menit atau detik karena keteledoran dari orang yang melakukan pelayanan paling buruk.

Kesimpulannya adalah melakukan managerial di ICU itu terjadi dari perubahan mindset bahwa tidak ada yang tiba-tiba di ICU, semua harus under control, semua harus plan, semua harus bekerjasama dan bukan sama-sama bekerja. (NAS)

loading...
Share

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*