Awal tahun ini banyak pemimpin yang bertemu dengan saya dan mengatakan “Pak, saya termasuk orang yang gagal”. Kemudian saya ajukan pertanyaan “mengapa Anda menghukum diri Anda sebagai manusia yang gagal?” Mereka pun menjawab “target saya tidak tercapai” ada juga yang menjawab “pencapaian target saya tidak sampai lima puluh persen, ditaruh dimana muka saya ini”.
Saya pun mengajukan pertanyaan susulan “yang gagal itu Anda atau rencana Anda?” Mendengar pertanyaan saya, sebagian mengatakan “memang sich yang gagal rencana tetapi kan itu rencana saya”. Ada juga yang menjawab “memang apa bedanya? Kan semua berujung ke nama baik saya”.
Menurut saya, banyak sekali orang yang “lebay” yang sakit jempol kakinya, tetapi yang ia katakan “badanku sakit” padahal cuma jempol kaki. Pernyataan “badanku sakit” membuat badan yang awalnya sehat bisa menjadi sakit.
Begitu pula pernyataan “saya termasuk orang yang gagal” akan membuat Anda merasa gagal di semua aspek kehidupan, menjauhkan rasa syukur, menurunkan rasa percaya diri dan mengundang banyak hal negatif datang menghampiri Anda. Padahal, yang gagal hanya rencana Anda bukun diri Anda secara keseluruhan.
Sekali lagi saya katakan, yang gagal itu rencana Anda bukan Anda, rencana Anda tidak sesuai dengan yang Anda harapkan. Seyogyanya, Anda fokus mencari hikmah dan pelajaran mengapa rencana Anda, realisasinya tidak sesuai harapan. Bukan justru sibuk “membully” atau menghukum diri sebagai orang yang gagal.
Cari cara lain agar apabila Anda punya rencana yang sama di waktu berikutnya Anda tidak mengalami kegagalan. Tanyakan kepada diri sendiri “apabila saya diberi kesempatan yang sama untuk menjalankan rencana tersebut, hal berbeda apa yang akan saya lakukan ? Apa yang perlu saya perbaiki ? Apa yang perlu saya tingkatkan ? Apa yang perlu saya hilangkan ? Apa yang perlu saya kurangi ?
Selain itu, temukan hikmah dibalik kegagalan rencana Anda. Menurut sahabat saya Prasetya Brata “orang gagal adalah orang yang tidak bisa mengambil hikmah dari kegagalan sehingga ia gagal mencegah kegagalan berikutnya”
Sumber : Jamil Azzaini. CEO Kubik Leadership.
Leave a Reply