Ust. Akmal Sjafril pernah mendebat aturan “don’t drink and drive” di Barat. Menurut mereka, mabuk itu hak asasi, menyetir juga. Tapi jangan menyetir saat mabuk, karena itu berbahaya. Masalahnya, orang kalau sudah mabuk takkan mengerti aturan. Karena itu, percuma buat aturan buat orang mabuk. Sampai sekarang, penyebab utama kecelakaan lalu lintas di Barat ya tetap saja mabuk itu. Mengapa tidak melarang mirasnya saja ?
Kaum menyimpang sering beralasan bahwa penyimpangannya bersumber dari hati. Padahal, semua dosa berasal dari hati. Korupsi bersumber dari ketamakan, bukan kecilnya penghasilan. Jika anda tersinggung dan membunuh orang, sumber masalahnya pun jelas di hati. Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, tapi hanya mereka yang jiwanya sakit saja yang tak bisa mengendalikan diri.
Seperti kasus mahasiswa Indonesia di Inggris bernama Reynhard Sinaga atas kasus kejahatan seksual. Reynhard si pelaku kejahatan seksual terbanyak sudah diadili dan dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Inggris setelah membuat mabuk dan melakukan penyerangan seksual terhadap sebanyak 159 kali. Penuturan korban, Reynhard memberi minuman alkohol bercampur obat bius sebelum melakukan perkosaan. Akibatnya, korban mengalami trauma dan ada yang mencoba bunuh diri.
Hanyalah binatang yang tak bisa menahan diri. Saat lapar, ia makan. Saat haus, ia minum. Saat birahi, ia kawin meskiun untuk itu harus bertarung hingga bersimbah darah. Tapi manusia dididik dengan shaum (puasa), sehingga lapar dan haus bisa ditunda dan syahwat tak mesti memegang kendali. Sungguh aneh, sekarang ada yang berargumen bahwa kecintaannya kepada sesama jenis adalah pembenaran bagi penyimpangannya. Padahal, seorang lelaki yang mencintai istri orang lain pun bisa jadi tulus, namun ia tetap wajib mengurungkan niatnya. Jangankan itu. Kita bahkan diajari untuk tidak menyaingi khitbah saudara kita, meski akad belum terjadi.
Al Qur’an menggelari mereka sebagai orang-orang yang melampaui batas (QS 7:81). Bukan hanya mereka yang diuji dengan hatinya, namun hanya mereka yang memutuskan untuk mengikuti saja segala hasratnya, semata-mata karena menginginkannya. Bahkan Nabi Yusuf AS pun diuji dengan keinginannya (QS 12:24), dan beliau telah memberi contoh bahwa tidak semua yang kau inginkan itu halal bagimu.
Sekarang, barulah kita terkejut jika orang-orang yang terbiasa mengikuti hawa nafsunya ini berbuat segala hal yang melampaui batas. Bagaimana kita harus membicarakan aturan kepada mereka yang terbiasa melanggarnya?
Sumber : Ust. Akmal Sjafril
Leave a Reply