Manajemen Emosi (Konsep Bejana Jiwa)

Jika manusia diibaratkan seperti sebuah bejana, maka emosi yang ada di dalam diri manusia itu ibarat air yang mengisi bejana tersebut.

Emosi itu sebetulnya netral. Seringkali kata “emosi” terdengar seakan butuk karena sering dikaitkan dengan hal yang buruk misal “Tuh dia orangnya emosian” maksudnya orangnya cepat tersulut sehingga mudah marah.

Padahal emosi tidak hanya itu. Emosi ada 2 jenis yaitu emosi positif (bahagia, senang, terharu) dan emosi negatif (marah, kesal, dsb).

Emosi manapun itu adalah hal lumrah yang memang dimiliki oleh setiap manusia. Manusia diberikan emosi oleh Allah untuk dipergunakan di konteks yang tepat.

Misal seseorang membutuhkan emosi untuk dapat bersemangat berkarya sampai tuntas. Tanpa emosi, lemah pula daya juangnya.

Dalam tingkat yang lebih tinggi, para sahabat Rasulullah juga memerlukan emosi untuk berani memulai perlawanan pada kaum yang memerangi kaum muslim dulu. Tanpa emosi, daya gugah untuk melangkah jadi gontai.

Maka sepakat dulu, bahwa emosi sebetulnya netral. Namun memang, kita tidak bisa memungkiri adanya emosi negatif yang seringkali berimbas buruk untuk diri kita bahkan untuk orang lain di luar diri kita, apabila itu tidak di manage dengan baik. Maka bagaimana untuk memanage nya ?

Sebab tadi manusia sudah diibaratkan sebagai bejana dan di dalam bejana itu ada emosi yang mempengaruhi kestabilan jiwa, dimana emosi diibaratkan sebagai air artinya sebab air tidak mungkin masuk ke dalam bejana tanpa melalui katup masuk, maka perhatikanlah apa saja hal yang diinput melalui katup masuk bejana jiwa kita, karena itulah yang akan membentuk emosi di dalam bejana kita dan mempengaruhi jiwa kita.

Jika air yang ada di dalam bejana adalah air kotor (emosi negatif), maka perhatikan pula bagaimana sebaiknya agar air kotor tersebut dapat dikuras mengalir melalui katup keluar bejana jiwa kita.

Apa yang dimaksud dengan “katup masuk” dan “katup keluar” tersebut ?