Worklife balance merupakan bentuk kehidupan pribadi dan pekerjaan yang seimbang. Kondisi yang amat sangat diharapkan dan diimpikan semua wanita. Termasuk para lelaki pun senyatanya mengidamkan perempuan yang mandiri. Konon perempuan mandiri itu terlihat lebih “sexy” di mata pria. Namun, apakah semua wanita sanggup menjalaninya? Hal utama yang sesungguhnya menjadi pertimbangan wanita adalah keluarga.
Siapapun wanitanya, dari jenis mesin kecerdasan mana pun tentu memiliki pertimbangan dominan atas pilihan karir atau keluarga. Kalau bisa inginya keduanya dapat dijalani dengan baik dan lancar.
Sangat terharu ketika Poniman (2018) mengapresiasi wanita karir. Di tengah polemik bahwa wanita karir tidak mengikuti syariat dan tidak dapat menjaga diri dari fitrahnya di rumah.
Banyak hal yang memicu seorang wanita memilih untuk menjalankan dua peran sekaligus, berumahtangga dan berkarir. Tuntutan ekonomi keluarga, yang mau tidak mau membuatnya lebih giat bekerja dan mencapai standar kebutuhan keluarga.
Jikapun suaminya bekerja dan berpenghasilan bahkan mapan, wanita karir memiliki perasaan tidak mau ketergantungan atau sekedar ingin memberikan “balas budi” untuk keluarga, orangtua yang sudah menguliahkan (misalnya).
Faktanya menjalankan karir, pasutri dan parenting secara bersamaan itu penuh tantangan. Baik tantangan internal maupun eksternal.
Tantangan internal, lebih pada situasi dan kondisi kesiapan mental wanita. Wanita karir yang belum menikah dan berkeluarga, tentu dapat lebih fokus pada pekerjaannya karena belum memiliki tanggungan kewajiban sebagai istri, ibu/orangtua.
Situasi akan semakin menantang ketika semua pilihan diambil tanpa ilmu. Ilmu mendasar ang penting dipahami wanita karir dengan worklife balancenya adalah pemahaman atas dirinya.
Minimal setiap pasangan, khususnya wanita mengetahui cetak biru karpet merah kesuksesannya ada di tipe mana. Selebihnya tinggal disesuaikan saja dengan kondisi unik masing-masing.
Tantangan eksternal, lebih kepada menyamakan visi dan misi dengan lingkungan keluarga, teutama suami dan anak-anak, orangtua, pengasuh/khadamah dan pendukung eksternal lainnya. Tanpa dukungan eksternal mustahil seorang wanita karir bisa memperoleh worklife balance.
Ketika wanita mengenali cetak biru mesin kecerdasannya, ia akan mudah memetakan tujuan karir atau bisnisnya seperti apa, paling tidak ia akan menjalaninya dengan bahagia.
Kunci bahagia salah satunya adalah menemukan passion dalam hal pekerjaan.
Mengetahui kondisi internal, membuat wanita karir lebih siap menghindari tekanan mental (stres). Kondisi stres inilah yang memicu konflik di dimensi kehidupan yang lainnya seperti hubungan dengan suami, anak, orangtua, bahkan pengasuh.
Wanita karir thinking meski sangat menonjol dalam hal karir, namun sesungguhnya ia berorientasi keluarga. Wanita Thinking menjadi wanita karir dengan tingkat kesiapan mencapai worklife balance dibanding mesin kecerdasan lainnya, dengan catatan ia mendapat dukungan moral dan batin dari pasangannya.
Pasangan yang mendukungnya tentu saja pasangan tipe Sensing. Pepatah yang mengatakan bahwa di balik laki-laki hebat, ada wanita yang selalu mendukungnya tidak sepenuhnya berlaku. Sebab, dalam score of spouse atau nilai pasangan yang istri Thinking suami Sensing cukup kecil yaitu 2. Hal ini didasarkan pada salah satu petikan ayat Qur’an “laki-laki adalah pemimpin bagi wanita”. Namun jika kondisi ini terjadi, maka wanita Thinking perlu bersyukur sebab jalan menapai impiannya insyaalloh akan berjalan mulus karena didukung suaminya.
Wanita karir tipe T membutuhkan jaminan atas keputusan yang diambilnya. Wanita karir tipe Feeling akan mengalami banyak situasi “merasa bersalah” terutama bila pekerjaan kantor menumpuk dan hubungannya dengan anggota keluarga mulai renggang akibat kesibukan kerja. Wanita karir tipe F secara ekstrim bisa mengundurkan diri dari karir demi memuluskan kondisi kehidupan pribadinya. Hal ini dipicu oleh perasaan yang dominan untuk mencari cinta dan mendapatkan cinta. Meski demikian, wanita F bahagia bila dapat aktif berkegiatan, berbisnis, meskipun bukan di perusahaan yang menjamin jenjang karirnya. Bagi wanita F tangki cintanya yang terisi menjadi energi tersendiri bagi karirnya.
Wanita karir tipe Sensing, intuiting dan insting pun sama saja, mereka butuh pembuktian diri bersamaan dengan dukungan moral dan sosial yang terus mengapresiasi pilihan-pilihannya secara positif.
Worklife balance akan terwujud apabila tangki cinta wanita karir terisi penuh oleh pengertian, perhatian pasangan dan anak-anaknya.
Jika bukan anda yang mengisi tangki cintanya, maka orang lain yang akan melakukannya.
Wanita karir adalah aset bidadari surga dengan tantangan nyata menjaga kehormatan dirinya di setiap peran hidup dan kehidupannya.
Jdoh itu bukan yang baik tapi yang terbaik. Bukan menurut kita, tapi menurut Alloh atas persangkaan kita.
Sumber : bunda Susan (Susanti Agustina) dalam Biblioterapi tematik. 16 Oktober 2018
Leave a Reply