Setiap muslim di muka bumi ini pasti sangat ingin menginjakkan kaki di kota Mekkah dan Madinah. Dua Kota yang tidak akan didatangi oleh Dajjal karena Alloh memerintahkan para malaikat untuk menjaga dua kota suci ini. Selain itu, Tanah haram menjadi Kota yang hanya boleh dikunjungi oleh kaum muslim. Sehingga pasti setiap muslim akan sangat bahagia apabila mendapatkan undangan langsung dari Alloh SWT. Tapi tidak dengan Saya. Masih jelas di ingatan Saya bahwa Saya menolak ajakan Papa Saya untuk ikut bersama beliau dan Mama Saya pergi Umroh. Saya dengan tegas melalui via sms (Papa Saya mengajak Saya pergi umroh via sms) berkata tidak mau dan lebih baik yang ikut kakak Saya saja. Papa Saya pun membalas sms Saya dengan mengatakan “ikut ya nak. kita pergi umroh dengan sabar dan ikhlas”. Membaca sms beliau, Saya tidak membalas dan hanya diam. Pertanda bahwa Saya akan ikut saja. Benar adanya bahwa niat yang baik akan menjadikan mudahnya perjalanan menuju rumahNya. Dan begitu sebaliknya. Lalu apa yang terjadi pada Saya saat melaksanakan umroh? Ada ujian yang Saya dapatkan disana.
Saat Saya mengatakan tidak mau, itu karena memang Saya merasa Saya belum pantas untuk menemuiNya. Saya bukan anak yang baik, Saya bukan anak yang berbakti pada orangtua, Saya bukan teman yang baik karena sikap saya yang jutek dan galak. Karena itulah Saya menolak dan lebih merekomendasikan kakak Saya yang kedua karena beliau lebih baik dari Saya. Di luar memang saya berkata tidak mau. Namun saat sholat, saya menangis. Bertanya pada Rabb “Kenapa Saya yaa Rabb. Saya bukan hambaMu yang baik. Saya ingin kerumahMu tapi Saya malu bertemu denganMu, yaa Rabb”. itu yang Saya katakan di setiap sholat Saya hingga hari H menuju Mekkah Madinah.
Sebelum berangkat umroh, terlintas juga di benak Saya bahwa Saya akan membuat reportase perjalanan umroh saya sehingga saya akan banyak mengambil foto baik itu makanan, pesawat dan apapun itu. Haha tetap ya yang namanya ais gak jauh-jauh dari nulis. Saya pun berangkat seperti kata papa Saya, pergi dengan sabar dan ikhlas. Saya berusaha hati-hati dalam berkata karena kata orang kalau bicara gak baik nanti beneran gak baik. Dan tidak lupa pastinya yaitu foto-foto untuk buat reportase perjalanan. Lalu, tahu gak apa yang terjadi pada Saya selama disana???
Alloh mudahkan perjalanan umroh Saya. Mekkah dan Madinah yang panasnya 39 derajat menjadi terasa seperti cuaca di Indonesia bagi Saya. Saya yang takut gak kuat jalan, Alloh kasih tenaga yang berlipat-lipat untuk Saya. Saya jadi hobi jalan disana. Saya merasa seperti sudah tahu jalan di masjidil haram jadi Saya pergi sendiri untuk tafakur di bukit marwah, putar kabah dan menerobos hajar aswad.
Tapi jangan salah, ujian pun ada. Niat Saya yang ingin buat reportase perjalanan dengan foto-foto benar-benar Alloh ijabah. Saat perjalanan pulang ke Indonesia, HP saya jatuh di ruang runggu bandara King Abdul Aziz Jeddah. Saya kira jatuh biasa. Tapi yang terjadi adalah HP rusak. HP bisa nyala tapi tidak bisa buat sms, online, foto. Saya langsung kaget semoga foto-foto saya gak hilang. gak apa-apa semua nomor hilang yang penting foto terselamatkan. Jiah, dasar ais. Benar-benar Alloh ijabah. Sesampai di Jakarta, HP di servis dan petugas servis HP bilang kalau harus di restart yang artinya semua data hilang. Namanya juga ais. Saya hanya bilang ke petugas servis, iya gak apa-apa hilang yang penting sembuh.
Lalu apa yang terjadi?? Alhamdulillah foto-foto Saya taruh di eksternal jadi aman. Ada beberapa foto yang hilang sih dan ternyata semua foto-foto saat umroh tidak bisa di transfer ke laptop. Haha alamat gak bisa buat reportase. Saya hanya bisa upload foto-foto umroh saya di instagram. Saya tidak upload di FB karena tidak ingin membuat sedih yang belum umroh. Hehe. Dan bagaimana dengan semua nomor penting-penting Saya. Yaa wassalam hilang semua nomor contact Saya tak berbekas.
Apa hikmah dari kejadian ini semua?? Saya merasakan Alloh sangat sayang Saya. Alloh mudahkan perjalanan umroh Saya. Alloh baru berikan sakit pilek dan batuk di hari terakhir Saya di Mekkah, Alloh baru berikan Saya haid setelah sholat subuh terakhir di Mekkah, Alloh baru rusakkan HP saya setelah saya di bandara jeddah menuju Jakarta. Semuanya karena Alloh tahu Saya masih memiliki amanah kepada teman-teman odoj (one day one juz) untuk lapor khatam tiap harinya, teman-teman kutub (komunitas tahajud berantai) yang juga menanti laporan tahajud dan dhuha Saya, Alloh tahu Saya harus menjaga papa mama Saya selama disana sehingga Saya harus sehat.
Saya teringat ceramah ustad pembimbing umroh Saya. Beliau mengatakan bahwa Alloh tahu tentang kedatangan orang-orang yang datang ke rumahNya. Tapi tidak semua orang-orang itu yang diterima olehNya. Disitu Saya tertegun karena mungkin Saya salah satu yang tidak diterimaNya. Selama Saya disana, Saya lebih banyak bicara dalam hati padaNya. Saya bilang (Alloh, Saya hanya punya Al qur’an yang kubawa ini dan Engkau saja maka terimalah Saya yaa Rabb. Engkau tahu bahwa “tidak ada yang menerimaku” maka terimalah Aku yaa Rabb..”). Kata-kata itulah yang membuat Saya merasa Alloh benar-benar tidak meninggalkan Saya. Semakin mengingat hal-hal itu, semakin membuat saya cinta pada Rabb Saya. Biarlah semua contact HP Saya hilang asalkan Dia tidak hilang di hati Saya.
Kalau ditanya mau kesana lagi gak? Mau. Sangat mau. Kalau ada yang ngajak kesana lagi gimana? Biarkan orang-orang yang belum kesana, bisa merasakan bertemu denganNya seperti yang pernah Saya rasakan.
Saat disana, Saya pernah berdo’a. “Yaa Alloh, datangkanlah Aku ke rumahMu lagi karena bentuk kesyukuranku padaMu bukan karena Aku membawa seluruh permasalahanku padaMu”. Karena memang Saya kesana dengan membawa banyak permasalahan dengan harapan Rabb mudahkan semuanya. Saya yakin Saya akan kesana lagi dengan membawa banyak kesyukuranku padaNya.
Terimakasih Rabb ku untuk perjalanan yang indah ini. Terimakasih karena Engkau adalah Rabb ku.
ais km hebattt…. aku terharu baca laporan perjalanan mu