
Anda pernah di tolak klien ? Mengapa Anda ditolak ? Ketika memutuskan menjadi seorang affiliate/sales/orang pemasaran/marketing maka penolakan dari calon klien akan jadi menu rutin kita. Santapan sehari-hari atau bisa juga makanan pembuka dan penutup kita. Apalagi jika kita masih newbie dan tidak begitu menguasai produk knowledge.
Calon klien bisa jadi akan berpikir bahwa produk yang kita tawarkan tidak mempunyai nilai. Dan pada akhirnya akan memilih produk tetangga yang lebih dianggap sesuai nilainya dengan apa yang mereka inginkan. Atau bahkan tidak melirik sama sekali.
Lalu bagaimana menghadapi deretan penolakan ini ?
Point 1. Jangan masukkan ke dalam hati. Don’t take it personally. Tarik napas dalam-dalam dan camkan dalam hati bahwa “ditolak itu biasa”. Kecewa ? Pasti. Tapi jangan lantas kita memandang negatif diri kita sendiri (Saya tidak bisa) atau pesimis terhadap kemampuan diri (nggak mau jualan lagi).
Selalu ada alasan mengapa klien menolak kita. Karena itu, ketika klien kita menolak sebaiknya “cari tahu alasan penolakan klien”. Ini bisa kita lakukan secara langsung maupun tidak langsung. Ketika kita berkesempatan untuk bertanya langsung jangan segan mencari tahu mengapa klien menolak menerima produk kita. Jawaban yang kita dapat bisa menjadi bekal untuk evauasi penawaran selanjutnya.
Misalnya kita menawarkan untuk program speak to change, dan sukses ditolak. Cari tahu siapa yang berhasil mendapatkan klien terbanyak atau lihat perolehan affiliate sebelumnya. Dari sana kita bisa japri, saling sharing tukar fikiran, saling memberi feedback dan pada akhirnya mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan klien. Misalnya ternyata klien menginginkan harga yang murah dan terjangkau, atau ingin ikut program karena ada temannya si A, B, C, dst. Atau terpukau karena penyampaian dan benefit yang kita tawarkan. Atau bisa jadi ingin ikut karena aura kita, saking ngeans nya sama kita (misal).
Point 2. Evaluasi Diri
Ketika kita sudah mengetahui alasan klien menolak produk kita, sekarang waktunya melakukan evaluasi. Misalnya cek harga penawaran. Apakah kita ditolak karena menawarkan harga terlalu mahal atau mungkin malah terlalu murah ? Harga khusus, early bird atau harga normal. Belum tentu klien menolak kita karena produk kita terlalu mahal. Bisa jadi karena kita menawarkan harga terlalu murah sehingga dia malah tidak yakin dengan produk kita. Kualitas dan benefit yang bagus biasanya diikuti dengan harga yang juga bagus. Misalnya perbaiki copy writing.
Evaluasi bagaimana penyampaian kita terhadap klien. Klien pertama kali menilai respon atau penyampaian kita terhadap produk di awal. Jika kita slowres misal, bisa jadi klien tidak jadi bertanya perihal produk kita. Jawaban kita tidak signifikan. Terkesan tidak serius menjawab pertanyaan klien atau apa yang kita sampaikan kurang menarik (dari segi benefit), klien bisa dengan mudah mengatakan “tidak jadi”.
Pelajari produk knowledge dengan baik, pahami setiap incinya dan jangan segan untuk konsultasi dan sharing dengan sesama rekan affiliate. Ubah cara komunikasi robot dengan masuk ke personal life dari klien kita. Karena tak selamanya jualan itu bicara closing. Bisa jadi klien itu jadi saudara kita atau sahabat, rekan kerja, teman atau keluarga kita kelak. Lalu closing kemudian hari dengan hal yang berlipat-lipat. Selain itu, cara komunikasi atau teknik menjual via social media. Karena eranya sudah digital otomatis menuntut kita untuk tahu gaya dan karakter pengguna sosial media.
Point 3. Identifikasi siapa klien kita
Di dalam dunia sales modern, strategi kita dalam mendapatkan klien sudah mengalami pergeseran dari “menabrak” semua orang, kita ubah menjadi klien potensial yang menjadi fokus kita. Maka oleh karenanya kita perlu mengidentifikasi siapa klien kita. Jangan sampai menargetkan semua orang.
Menargetkan semua orang adalah kesalahan pemula dalam dunia sales/affiliate yang seharusnya tidak kita ulangi. Memperluas target kita membuat kita kurang produktif dan hanya buang-buang waktu saja. Tentukan satu niche klien potensial yang ingin kita tuju dan pastikan kita mempersiapkan strategi kita sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan manfaat bagi niche tersebut. Ini bisa masuk ke ranah personal, tempat maupun wilayah. Jika memang wilayah tersebut bukan jadi bagian niche klien potensial tidak usah dipaksakan, yang ada bisa terjadi kebocoran.
Pada dasarnya, kita tidak akan bisa memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat luas, jadi sebaiknya fokuslah pada satu yang paling relevan dengan produk yang akan kita jual. Kalau ingin fokus berarti cari niche klien potensial dalam dakwah, kalau ingin fokus di board game cafe dan game based learning berarti cari niche klien potensial dalam dunia game. Dan seterusnya.
Akan datang masanya dimana klien harus antri untuk membeli produk yang kita tawarkan. Kerja keras, ulet, pantang menyerah dan mau terus belajar adalah kuncinya.
Leave a Reply