Saat saya lulus SMA terjadi sebuah perselisihan. Orang tua tidak mengizinkan saya masuk jurusan kesehatan. Mereka menginginkan saya kuliah dengan jurusan yang berkecimpung di dunia pendidikan. Kuliah? dimana? jurusan apa? jurusan MATEMATIKA, BIOLOGI, KIMIA, atau FISIKA? Itulah deretan pertanyaan yang membuat saya sangat malas untuk menjawabnya. Karena sejak SMA yang ada di kepala saya hanya ingin memasuki jurusan kesehatan.
Setelah Ujian Nasional, hampir sebulan saya melakukan banyak cara untuk membujuk orang tua supaya diizinkan masuk jurusan keperawatan. Orang tua pun menawarkan 2 pilihan “kalau kuliahnya jurusan pendidikan dibeliin motor, dibeliin laptop, sama handphone baru tapi kalau kuliahnya jurusan kesehatan nggak dibeliin apa-apa”. Yah sudahlah jika itu jalannya. Saya pun tetap pada pendirian saya “jurusan keperawatan” walaupun nggak dibeliin ini dan itu. (modal nekat) hahaha
Saya akhirnya mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri ternama di kota Pontianak (kal-bar) dengan pilihan pertama Ilmu Keperawatan, pilihan kedua Ilmu Gizi dan dengan sukses saya TIDAK LULUS. Saya pun mendaftar lagi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta UNTAN (UNIVERSITAS TANJUNG PURA) dengan memilih jurusan keperawatan lagi. Setelah pemasukan berkas, tes tertulisnya masih sebulan lagi. Seorang teman pun mengajak saya mendaftar di DHI (DHARMA INSAN). Berhubung uang formulirnya gratis dan tes tertulis di UNTAN masih lumayan lama, saya pun menerima ajakannya. Bisa di bilang saya iseng-iseng saja daftar di DHI. Namun takdir berkata lain. Saya dinyatakan LULUS tes tertulis dan tes kesehatan di Fakultas Ilmu Keperawatan. Jurusan yang saya inginkan. Wah saya dilema. Bagaimana dengan pendaftaran saya di UNTAN ? Saya harus tes 3 minggu lagi sedangkan DHI sudah mengharuskan menyelesaikan registrasi bagi mahasiswa yang dinyatakan lulus, jadi waktunya mepet banget. Mama pun menyarankan untuk memilih kuliah di DHI dan tidak perlu tes lagi di UNTAN.
Dua bulan kemudian saya mulai aktif menjalani proses perkuliahan dan alhasil pada semester 2 saya selalu mengeluh “waah gila boo’, ni jurusan tiada hari tanpa tugas. Kapan saya istirahatnya..?” Akhirnya saya mengerti kenapa dulu orang tua melarang saya masuk jurusan ini. Ternyata menguras tenaga dan membuat saya sering lelah karena saya memang sakit-sakitan.
Banyak orang menganggap bahwa kuliah itu enak, kuliah itu bebas, kuliah itu seru, dan sebagainya. Tapi setelah saya menjalaninya ternyata tak seenak kata orang. Dengan mengambil jurusan kesehatan, dengan laporan tulis tangan setebal 5 cm, dengan tumpukan Askep, Makalah dan Tugas. (Sesuatu yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya).
Dan setelah hampir 2 tahun lebih kuliah, saya menemukan kata-kata motivasi. Kata-kata itu mengingatkan saya untuk lebih giat, tidak boleh mengeluh, tidak boleh malas, tidak boleh menyerah, harus optimis.
- Bahwa setiap yang saya lakukan akan diminta pertanggung jawabannya. Entah itu didunia maupun diakhirat. Kalau saya malas bagaimana nasib pasien saya nanti..? bukan sembuh, yang ada tambah sakit. Lalu bagaimana dengan ilmu yang saya miliki bukankah itu juga harus saya amalkan.
- Saya kuliah di kampus ini adalah amanah dari orang tua. Amanah yang harus saya jalankan dengan baik.
- Tidak semua orang bisa merasakan pendidikan. Banyak yang ingin kuliah tapi dengan alasan biaya mereka tidak bisa belajar jadi saya harus bersyukur karena Tuhan masih memberikan rezeki dan kesempatan untuk menempuh pendidikan.
- Semua orang di sekelilingku mengharapkan keberhasilanku (orang tua, adik-adik, keluarga besar, sahabat, teman-teman, dan semua orang yang menyayangiku)
- Semua yang kita lakukan tidaklah sia-sia. Seperti salah satu firman Allah, apa yang kita dapatkan adalah yang kita usahakan. Menuntut ilmu adalah ibadah maka aku harus menjalankan semua ini dengan hati ikhlas.
Dan karena semua itulah saya harus berusaha menjadi perawat yang baik. Saya harus lebih giat, tidak boleh terlalu banyak santai, harus menggunakan waktu sebaik mungkin, harus berhasil dan membuat orang tua bangga. Membayar setiap tetes keringat mereka dengan keberhasilan saya. Berusaha menjadi yang terbaik karena do’a mereka tak pernah putus untuk saya. Berusaha mengukir prestasi untuk mengukir senyum bangga diwajah mereka. Walaupun kadang terasa sulit saya bisa melaluinya. Dan sekarang tinggal beberapa langkah lagi, jadi saya harus tetap optimis untuk meraih keberhasilan.
Memang kuliah dengan mengambil jurusan Kesehatan tak semudah dengan apa yang orang bayangkan. Dengan berbagai bahasa medis yang sering membuat saya migren. Namun tidak cukup sampai disitu, ada hal yang cukup sulit dalam dunia kesehatan yaitu bagaimana kita mampu melayani masyarakat dengan baik, menyampaikan informasi kesehatan dengan berbagai pendekatan agar mudah diterima dan dipahami dengan menggunakan media yang kreatif dan inovatif.
Sumber : Dunstan. Mahasiswa STIKES Wira Husada Yogyakarta
Leave a Reply