Tokoh Mekkah bernama Qushay bin Kilab. Ia salah satu keturunan dari Quraisy. Ia turunan Ismail AS. Ia menjadi raja Mekkah. Saat sudah mulai tua, Qushay memiliki anak-anak yang banyak namun hanya ada dua yang menonjol. Mereka bernama Abdud Dar dan Abdul Manaf. Abdud Dar adalah anak pertama. Abdud Dar lemah secara fisik, tidak memiliki ketrampilan, tidak memiliki kedudukan di tengah masyarakat. Berbeda dengan Abdul Manaf yang memiliki ‘suara’, berdagang yang maju. Maka Qushay ingin Abdud Dar memiliki kedudukan. Pada saat ingin meninggal, Qushay menulis surat keputusan bahwa bila ia meninggal maka semua kerajaan ada di tangan Abdud Dar. Qushay pun akhirnya meninggal. Anak-anaknya membaca surat keputusan itu dan mentaatinya. Abdud Dar akhirnya menjadi Raja. Berjalannya waktu, Abdud Dar pun wafat. Pada saat wafat, keturunan Abdud Dar mau melanjutkan kerajaan ayahnya tapi keturunan Abdul Manaf tidak setuju. Akhirnya diputuskan bahwa keturunan Abdul Manaf khusus mengurus semua yang berurusan dengan jamaah haji dan keturunan Abdur Dar mengambil alih pengurusan Kabah dan Darun Nadwah.
Abdul manaf memiliki anak bernama Hasyim dan Muthalib. Hasyim menikah dengan wanita anak kepala Suku dan mempunyai anak bernama Syaibah. Hasyim meninggal dan Syaibah dibawa ibunya ke perkampungannya. Muthalib datang ke perkampungan ibunya Syaibah dan berkata “ayahnya Hasyim sudah meninggal tapi anak ini (Syaibah) adalah keturunan Qushay bin Kilab (keturunan Raja di Mekkah) maka jangan ditinggalkan di kampung seperti ini. Ikut ke Mekkah dengan saya. Siapa tahu ia (Syaibah) memiliki kedudukan di Mekkah”. Namun ibunya menolak dan bilang “biarkan Syaibah memilih ingin ikut siapa”. Muthalib pun bertanya pada Syaibah “ingin ikut ke Mekkah atau ikut ibumu”. Syaibah pun menjawab “saya ingin ikut paman ke Mekkah”. Maka Syaibah dan Muthalib pergi ke Mekkah.
Muthalib terkenal di Mekkah sebagai orang yang suka membeli budak. Setiap hari ia masuk Mekkah, ia membawa budak baru. Dan ketika Syaibah datang bersama Muthalib, orang Mekkah mengira ia membeli budak baru. Maka orang Mekkah bilang “Muthalib beli budak, dibelakangnya Abdul Muthalib atau hambanya Muthalib”. Karena sudah menjadi buah bibir di Mekkah, maka Syaibah dikenal dengan nama Abdul Muthalib.
Abdul Muthalib menikah dan memiliki satu orang anak bernama Harits. Abdul Muthalib bermimpi mendengar suara “galilah sesuatu yang baik”. Hari kedua, ia bermimpi lagi dan mendengar suara “galilah sesuatu yang bermanfaat”. Hari ketiga, ia bermimpi lagi dan mendengar suara “galilah sesuatu yang terjamin”. Hari keempat, ia bermimpi dan mendengar “galilah zam-zam”. Zam-zam menjadi milik Abdul Muthalib setelah tokoh-tokoh Quraisy setuju zam-zam milik Abdul Muthalib. Alloh Yang Maha Tinggi dan Pemurah memudahkan mata air zam-zam ditemukan kembali oleh Abdul Muthalib. Abdul Muthalib adalah keturunan Abdul Manaf yang memang bertugas memberikan minum dan makan untuk para jamaah Haji. Karena itulah, Alloh kasih. Karena itulah saat mimpi, Abdul Muthalib mendengar “engkau akan memberikan minum dan makan jamaah haji yang banyak”. Jadi bukan karena Abdul Muthalib melainkan karena memang untuk diberikan kepada jamaah haji umumnya.
Abdul Muthalib pun secara tidak langsung dinobatkan sebagai Raja Mekkah. Karena saat itu, Quraisy sepakat di Mekkah bahwa semua kepala suku bisa memimpin. Tidak perlu harus keturunan Abdur Dar atau Abdul Manaf. Abdul Muthalib orang yang sangat dermawan. Semua orang boleh minum air zam-zam. Abdul Muthalib bernadzar bila Alloh memberikan ia anak laki-laki yang banyak hingga jumlahnya sepuluh, ia akan menyembelih salah satunya di depan Kabah untuk Alloh. Istri nya pun melahirkan hingga 16 orang meliputi 10 laki-laki dan 6 perempuan. Enam anak laki-lakinya meninggal sebelum masa kenabian dan 4 orang mendapat masa kenabian. Abdullah adalah anak paling bungsu dari anak laki-lakinya Abdul Muthalib. Empat orang yang hidup meliputi dua orang yang kafir (Abu Thalib & Abu Lahab) dan dua orang beriman (Hamzah & Abbas). Adapun enam anak perempuan Abdul Muthalib adalah Sofiyah (ibunya Zubair bin Awam), Ummu Hakim, Atikah, Umama, Arwa dan Barrah.
Sesuai Nadzar Abdul Muthalib, ia datang ke dukun di Mekkah dan berkata pada dukun “acaklah nama anak-anak (laki-laki) saya. Siapa yang keluar namanya, itu yang akan saya korbankan. Dan bila nama Abdullah tidak keluar, maka akan saya eksekusi”. Tradisi pada zaman ini suka sekali mengundi nasib. Abdullah anak bungsu dan anak paling di sayang oleh Abdul Muthalib. Setelah diundi, keluarlah nama Abdullah. Abdul Muthalib merasa berat dan berunding dengan anak-anaknya. Kata anak-anaknya “tidak apa-apa ayah, acak lagi”. Keluar kedua dan nama Abdullah yang muncul. Sampai tiga kali. Dibawalah abdullah ke depan Kabah untuk menyembelihnya. Orang-orang Quraisy melihatnya dan tidak setuju. Abdul Muthalib tidak jadi menyembelih Abdullah dan diganti dengan menyembelih 100 ekor unta. Abdullah pun selamat. Nabi Muhammad SAW berkata dalam sebuah hadits “Saya keturunan dari 2 orang yang hampir di sembelih yaitu Ismail anak Ibrahim dan Abdullah anak Abdul Muthalib.
Abdullah pun tumbuh besar dan menjadi pemuda yang cerdas, pintar membantu ayahnya. Oleh Abdul Muthalib pun, Abdullah dinikahkan dengan Aminah. Aminah adalah keturunan dari Abdul Manaf. Ia masih sepupu dengan Abdullah. Hanya saja, Paman-paman Aminah berasal dari penduduk Asli Madinah. Sehingga Nabi Muhammad memiliki jalur dari dua kota suci, Mekkah dan Madinah. Ketika Aminah hamil, Aminah sempat melihat di dalam mimpinya bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya menyebarkan cahaya dan cahayanya menyebar ke seluruh muka bumi. Dan dalam mimpinya ia mengucapkan “aku berlindung kepada Alloh Yang Maha Agung untuk bayi ini dari semua keburukan dan iri dengki orang lain”. Pada saat umur kehamilan sekitar enam bulan, meninggallah Abdullah. Jadi Nabi Muhammad SAW sudah menjadi yatim sebelum lahir.
Nabi Muhammad SAW lahir 12 RobiulAwal di tahun Gajah. Tepatnya 50 hari setelah kejadian penghancuran Gajah. Pada saat ia lahir, beberapa kejadian yang ahli sejarah angkat. Pertama, terlihatnya bintang ahmad. Orang Yahudi di Madinah meyakini kalau Nabi terakhir yang mereka tunggu di Madinah akan keluar “bintang Ahmad”. Kedua, Aminah melahirkan tanpa ada rasa kesulitan sedikit pun. Ketiga, Muhammad mengangkat kepala ke langit seakan-akan sedang berdoa ke langit. Empat, sudah terkhitan. Kelima, tanpa terbebani dengan sisa tali pusar. Enam, goncangnya istana Kisra di Persia dan rubuhnya 14 teras istananya tanpa sebab. Kisra pun khawatir dan bertanya pada para peramal. Peramal menjawab goncangnya Istana disebabkan hari ini lahir seseorang Nabi dan runtuhnya 14 teras ini menandakan terdapat 14 Raja Persia. Selebihnya akan runtuh Kerajaan ini. Ketujuh, padamnya api sesembahan kaum Majus di Persia dan ketika ingin dinyalakan tidak bisa menyala. Jadi selamanya mati. Delapan, hanyutnya air sungai sawa / kering.
Abdul Muthalib sangat senang dan berkata “sungguh pada cucu ku ini ada perkara besar”. Abdul Muthalib pun membawa Muhammad ke Kabah dan ia yang memberi nama Muhammad. Sebelum Nabi Muhammad lahir, nama Muhammad tidak dikenal oleh orang-orang Arab. Jadi tidak ada satu orang pun orang Arab bernama Muhammad. Lalu darimana nama ini? Jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, Abdul Muthalib pernah berjalan ke negeri Syam bersama 3 orang Sahabatnya. Saat tiba di Syam, ada pendeta Nasrani menemui mereka dan berkata “kalian dari mana?”. Abdul Muthalib menjawab “dari Jazirah Arab tepatnya Kota Mekkah”. Pendeta itu pun berkata “Dari kota itu nanti akan keluar Nabi terakhir dan Nabi terakhir itu bernama Muhammad”. Abdul Muthalib bertanya “Darimana kau tahu itu semua?”. Pendeta menjawab “dari kitab kami, Injil”. Dalam Injil disebutkan namanya Muhammad. Empat orang sahabat ini pun bertekad untuk memberikan nama Muhammad bila dikarunia anak atau cucu. Setelah kembali ke Mekkah dari empat orang ini, orang pertama yang mendapatkan cucu laki-laki adalah Abdul Muthalib.
Sumber : Ustadz DR. Khalid Basalamah, MA. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Leave a Reply