
Bibliotherapi tidak terbatas pada buku. Biblio sendiri adalah pustaka. Jadi turunannya dari pustaka ini banyak sekali. Termasuk pustaka yang dinukil dari Quran. Karena sistem hidup dan kehidupan individu terjawab semua dalam qisah al Qur’an. Jadi bila biblioterapinya menggunakan sesuatu yang terkait dan terhubung dengan al Qur’an maka bisa dikatakan terapi pustaka berbasis quran. Tidak musti selalu qisah, meski 3/4 quran berisi qisah. Bisa juga pola nomor surat, ayat, hurufnya. Bukunya belum ada, tapi kita selalu bisa menggunakan al qur’an sebagai “kitab” dasarnya. Kemudahan terbuka untuk yang mau taddabur.
Mulailah berlajar dari informasi diri dulu. Nanti kalau sudah ketemu pola informasi bagian diri dan ternyata polanya terjadwab di qisah dan isi qur’an, kita akan tahu “apa manfaatnya bagiKu” sehingga akan lebih mengena.
Dalam kitab Maratib Qira’ah Al Qur’an paling tidak ada 6 tahapan interaksi dengan Al Qur’an. Pertama, melafalkan. membaca Al Qur’an, bernilai pahala meskipun hanya satu huruf saja. Inilah yang membedakan al qur’an dengan bacaan-bacaan lainnya. Kedua, Memahami. Dengan cara membaca buku-buku tafsir atau menyimak kajian tafsir, dan seterusnya. Ketiga, Tadabbur. Metadabburi ayat Al Qur’an dan mengaitkannya dengan realitas kehidupan saat ini. Hingga kita memahami bahwa setiap kejadian yang terjadi saat ini telah ada polanya yang digambarkan dalam al qur’an. Keempat, tafakkur. Mampu menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam al Qur’an dan menerapkan serta menyampaikannya kepada orang lain. Kelima, Khusyu. Kita ketika sudah mulai memahami, mentadabburi, dan bertaakur terhadap kandungan ayat-ayat al qur’an akan merasakan diselimuti dengan hati yang penuh kekhusyuan. Kekhusyuan menunjukkan kebersihan hati, terpancar pada wajah seseorang. Orang yang khusyu’ akan terlihat leih segar, indah dan tenang. Dalam aktivvitasnya akan bbersikap lemah lembut, penuh kasih sayang, dan bertutur kata baik. Keenam, mengamalkan. Kalau hatinya sudah sadar khusyu’ akan mudah untuk mengimplementasikan al qur’an dalam kehidupannya. Sehingga al Qur’an tidak hanya pedoman, tapi lebih dari itu. Al Qur’an menjadi kompas dan gaya hidup.
Sumber : Bunda Susan (Susanti Agustina). Biblioterapi tematik 4 Juli 2018
Leave a Reply