Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak dapat diwakilkan oleh siapapun. Oleh karena itu, peneliti perlu mengetahui cara pengumpulan data kualitatif karena kualitatif relatif sulit dibandingkan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif membutuhkan upaya lebih yaitu peneliti harus masuk dalam komunitas tersebut.
“Kita tidak mungkin bisa menguasai suatu kawasan selama tidak bisa melepaskan orang-orang tersebut dengan nilai-nilai dan budaya-budaya yang mereka anut dan terapkan”. Dari sini timbul pertanyaan bagaimana mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang budaya dan sosial. Harapannya bisa mengintervensi.
Penelitian etnografi dalam konteks keperawatan harus bisa menjawab “apa yang akan diperbaiki atau peningkatan apa dalam kualitas pelayanan keperawatan”. Sebagai contoh penelitian tentang perawat laki-laki di Rumah sakit dengan pertanyaan penelitian bagaimana cara menjadi perawat laki-laki dalam konteks sosial yang mana mayoritas perawat adalah perempuan?. Bila di RS ada 2 perawat laki-laki maka perawat laki-laki akan diminta untuk mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan tenaga (mengambil tabung oksigen). Inilah fenomena yang terjadi pada perawat laki-laki.
Kaitan Budaya dan etnografi sangat kental bagaikan dua sisi mata uang yang saling berikat sehingga membedakan etnografi dengan tradisi kualitatif yang lain (terminologi, sejarah) terletak pada aroma budaya yang kelihatan. Budaya bisa nilai-nilai, keyakinan, simbol, benda-benda sejarah yang memiliki makna.
Etnografi yaitu menggambarkan karakter suatu bagian dari budaya. Manusia melakukan sesuatu karena dilandasi makna. Makna atau simbolik memiliki beda penafsiran. Misalnya ada orang yang bicara keras. Orang akan beranggapan orang jahat padahal sebenarnya nada bicaranya memang keras. Etno berpijak pada suku bangsa sehingga harus belajar karakter budaya suku bangsa tersebut.
Ada 7 unsur universal budaya artinya bila ingin ideal, penelitian etnografi harus melibatkan sistem keyakinan/religi mereka seperti apa, sistem kemasyarakatan/hubungan sosial, sistem pengetahuan, sistem teknologi yang digunakan, sistem mata pencaharian, bahasa dan kesenian. Jadi bila benar-benar ingin tahu tentang karakter budaya seperti apa di masyarakat maka minimal bisa digambarkan dari 7 unsur tersebut. Seringkali pengetahuan budaya itu sifatnya implisit dan tidak eksplisit.
Penelitian etnografi ibaratnya bila peneliti mau masuk ke masyarakatnya hanya dengan melihat gerbangnya saja, itu sudah observasi. Gerbangnya seperti apa, bentuknya bagaimana, warnanya seperti apa. Itu sudah mencirikan ada bagian dari karakter masyarakat yang muncul disitu. Lalu, bagaimana rumahnya dan penataannya itu sudah menjelaskan bagaimana karakternya.
Bila di kualitatif, peneliti disebut pewawancara/observer yang harus mampu menterjemahkan “situasi budaya” apa saja yang dilihat dan tidak boleh subjektif. Walaupun misalnya tidak sama dengan budaya si peneliti namun peneliti tidak boleh menjustifikasi atau melakukan penilaian bahwa peneliti lebih baik dari informan. Karena informan memiliki karakter seperti itu karena sudah dibentuk dari struktur budaya sebelumnya dan itu yang paling bagus menurut informan.
Intinya adalah bukan informan yang harus belajar dari peneliti tapi peneliti yang harus belajar dari informan. Karena yang lebih tahu masyarakat itu adalah mereka sendiri bukan peneliti. Sebagai contoh ada peneliti pertanian masuk ke suatu daerah dan melakukan penelitian dengan melihat tanahnya, struktur tanah dan memutuskan yang paling bagus ditanami adalahn tanaman kacang-kacangan. Namun tidak sampai sebulan rusak semua. Salah satu tokoh masyarakat mengatakan bahwa sudah diberitahu bila sudah bertahun-tahun tinggal dan tahu karakter tanah di daerahnya seperti apa. Di suatu budaya, masyarakat mengenal kebijakan mereka sendiri dan peneliti jangan merasa lebih baik dan lebih tahu.
Sumber : Kusman Ibrahim, S.Kp.,MNS.,Ph.D (Dekan Fakultas Keperawatan UNPAD) & Laili Rahayuwati, Phd (Manager Riset Fakultas Keperawatan UNPAD) pada acara Pelatihan Pengumpulan Data Penelitian “Pengembangan Model Cultural Mental Health Nursing dalam Penanggulangan Kekerasan pada Remaja Berbasis budaya di Jawa Barat”. 27 Juli 2017. Jatinangor.
Leave a Reply