Menyusun Instrumen Penelitian

Riset Keperawatan

Instrumen penelitian adalah strategi pencarian fakta. Instrumen penelitian merupakan alat yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengukur dan menganalisis data penelitian. Penentu instrumen penelitian adalah peneliti dan dikaitkan dengan metodelogi penelitian (Columbia, 2023). Peneliti harus memastikan bahwa instrumen yang dipilih, valid dan reliabel. Validitas dan reliabilitas dari setiap penelitian sangat tergantung pada kesesuian instrumen. Apapun prosedur yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data, harus diperiksa secara kritis untuk memeriksa sejauh mana kemungkinan memberikan hasil yang diharapkan (Annum, 2015).

Ciri-ciri Instrumen Penelitian yang baik (Columbia, 2023)

  1. Valid & Andal
  2. Sesuai kerangka konsep yang digunakan peneliti terkait variabel tpenelitian yang saling berhubungan
  3. Pengumpulan data relevan dan sesuai dengan penelitian
  4. Mampu menjawab hipotesis dari pertanyaan penelitian yang diteliti
  5. Tidak bias, sesuai konteks, dan keragaman budaya di lokasi penelitian
  6. Petunjuk penggunaan instrumen jelas dan pasti

Jenis Instrumen Penelitian

Wawancara

Wawancara adalah wawancara yang dilakukan saat peneliti mewawancarai populasi yang diteliti (secara individu atau kelompok) sehingga populasi tersebut secara bebas mengungkapkan ide, perasaan apapun tentang topic yang sedang dipelajari (Trigueros, Juan and Sandoval, 2017). Tujuan wawancara yaitu mengumpulkan data dan informasi yang tidak dapat peneliti kumpulkan dengan mudah di tempat lain (Birmingham and Wilkinson, 2003).

Beberapa pertanyaan wawancara membahas subjek yang lebih sensitif dan kontroversial daripada yang lain. Sehingga perlu menerapkan teknik corong pada pengurutan topik. Dalam semua wawancara yang baik, pertanyaan akan dikelompokkan di sekitar tema atau isu yang akan dikomunikasikan kepada orang yang diwawanarai di awal sesi wawancara. Pertanyaan akan dimulai dari pertanyaan pembuka umum ke pertanyaanyang lebih spesifik dan terfokus. Pendekatan ini memungkinkan orang yang diwawancarai untuk bersantai dalam wawancara dan membantu mengembangkan pemikiran yang logis dan nyaman bagi yang diwawancara (Birmingham and Wilkinson, 2003).

Ketika peneliti menggunakan wawancara, peneliti harus mengidentifikasi sumber informasi potensial, dan menyusun interaksi yang memunculkan informasi relevan dari responden. Oleh karena itu, penciptaan suasana yang ramah sangat penting untuk keberhasilan interaksi. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka, telepon atau teknologi video konferensi (Annum, 2015).

  1. Sampel Wawancara (Birmingham and Wilkinson, 2003)

Karena wawancara memakan waktu lebih lama untuk direncanakan, dilakukan dan di analisis daripada instrumen penelitian lain, maka perhatian ekstra harus diberikan saat memilih kelompok sampel yang diwawancarai. Pertanyaan penelitian akan membantu memutuskan berapa banyak orang yang akan di wawancarai dan siapa yang harus di wawancara. Jika peneliti melakukan lebih dari satu wawancara dalam organisasi yang sama, harus dilakukan dari ‘atas ke bawah’.

  1. Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan Wawancara (Birmingham and Wilkinson, 2003)
  2. Jika peneliti bermaksud mencatat atau merekam wawancara, peneliti meminta ijin pada orang yang diwawancarai.
  3. Posisi tempat duduk. Wawancara yang sangat formal cenderung menempatkan pewawancara di depan orang yang diwawancara. Pendekatan ini dapat tampak konfrontatif dan dapat mengintimidasi orang yang di wawancarai. Pengaturan tempat duduk yang kurang formal dalam wawancara membuat kedua belah pihak merasa nyaman. Yang dapat digunakan adalah duduk berdampingan, dengan alat perekam yang ditempatkan secara diam-diam agar tidak terintimidasi atau mengalihkan perhatian orang yang diwawancara.
  4. Memulai wawancara dengan memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan wawancara dan jelaskan pentingnya wawancara untuk penelitian peneliti. Pewawancara harus menunjukkan bagaimana data dari wawancara, nantinya digunakan dan apakah anonimitas akan dipertahankan.
  5. Sebelum peneliti melanjutkan pertanyaan, peneliti dapat menanyakan kepada orang yang diwawancarai apakah ia memiliki pertanyaan tentang penelitian
  6. Pertanyaan terbuka mendorong yang diwawancarai untuk memberikan lebih banyak informasi daripada pertanyaan tertutup. Contoh pertanyaan terbuka pada wawancara yaitu ‘apa’, ‘bagaimana’, ‘beri tahu saya’, ‘dapatkah anda menunjukkan’ daripada kata-kata yang menutup kemungkinan tanggan seperti ‘berapa banyak’, ‘kapan’ atau ‘jenis apa’.
  7. Pewawancara membei orang yang diwawancarai tanda-tanda yang menenangkan atau isyarat penerimaan. Ini dapat meningkatkan wawancara dan umumnya mendorong orang yang diwawancara untuk memberikan informasi. Isyarat seperti menganggukkan kepala untuk menunjukkan pemahaman dan minat pada tanggapan orang yang diwawancarai dan mengambil sikap penuh perhatian dengan duduk tegak dan sedikit mencondongkan tubuh ke depan atau mempertahankan kontak mata dengan orang yang diwawancarai.
  8. Untuk memastikan komunikasi yang efektif telah terjadi sesuai pertanyaan, pewawancara dapat menyatakan kembali sebagaian atau seluruh tanggapan orang yang diwawancarai. Penyajian kembali dapat mengklarifikasi apa yang telah dikatakan serta mendorong orang yang diwawancarai untuk memperluas apa yang dikatakan.
  9. Macam wawancara (Annum, 2015)
  10. Wawancara Terstruktur. Serangkaian pertanyaan formal yang diajukan kepada setiap orang yang diwawancarai dan direkam menggunakan prosedur standar. Pewawancara memiliki kendali atas urutan pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya. Pewawancara harus selalu memastikan bahwa suasana wawancara menyenangkan untuk membangun hubungan baik. Wawancara terstruktur berguna ketika peneliti menyadari apa yang tidak diketahui oleh karenanya peneliti menyusun pertanyaan terkait pengetahuan yang dibutuhkan (Cohen, Manion and Morrison, 2017).
  11. Wawancara Tidak T Serangkaian pertanyaan yang kurang formal, santai, pewawancara memodifikasi urutan pertanyaan, mengubah susunan kata dan terkadang menjelaskan atau menambahkannya selama interaksi. Karena bidang minat ditetapkan oleh peneliti tetapi pembahasan masalah dipandu oleh orang yang diwawancara, maka memungkinkan beberapa tidak terkontrol. Peneliti sulit untuk mengarahkan jika diskusi menyimpang dari pokok bahasan utama dan sangat sulit untuk dianalisis. Oleh karena itu, peneliti harus berhati-hati agar tidak menyimpang dari fokusnya. Wawancara tidak terstruktur berguna ketika peneliti tidak menyadari apa yang tidak diketahui oleh karenanya, wawancara bergantung pada responden untuk memberi tahu (Cohen, Manion and Morrison, 2017).
  12. Wawancara T Memberikan kebebasan kepada responden untuk mengungkapkan gagasannya secara subyektif dan spontan sesuai kemampuan responden. Tidak ada pertanyaan tetap dalam wawancara terarah. Wawancara ini paling tepat digunakan saat menyelidiki masalah dimana responden harus dibiarkan berbicara tanpa gangguan sehingga secara tidak sadar akan mengungkapkan perasaan dan sikap pribadinya.
  13. Wawancara Fokus pada Kelompok (Focus Group Interview). Sekelompok peserta terpilih tentang pendapat atau persepsinya tentang topik tertentu. Kelompok peserta dapat dengan mudah menginterupsi saat ada yang menjawab pertanyaan. Jadi diskusi berlangsung seperti debat (Trigueros, Juan and Sandoval, 2017).

Observasi

Bagaimana orang melihat dan memahami lingkungan, akan berperan dalam cara berperilaku, bertindak dan berinteraksi dengan orang lain dan cara tindakannya dirasakan oleh orang lain. Observasi adalah alat yang digunakan untuk memahami lebih banyak terkait apa yang terjadi di dunia nyata dibandingkan hanya mengajukan pertanyaan mengenai apa yang dialami dan hanya melihat apa yang dikatakan (melalui kuesioner dan wawancara). Hal ini mungkin karena orang yang diwawancarai dan responden kuesioner terkadang enggan untuk menyampaikan semua yang mereka ketahui, mungkin merasa tidak pantas atau tidak peka untuk melakukannya atau menganggap beberapa hal tidak penting atau tidak relevan. Sebagian besar orang tidak dapat memberikan informasi tentang peristiwa atau aktivitas tertentu, jika ditanya secara langsung. Karena hal ini terjadi begitu teratur atau tampak begitu biasa sehingga hampir tidak menyadarinya sama sekali (Birmingham and Wilkinson, 2003).

Observasi juga dapat dilakukan ketika topik dan tujuan penelitian belum terdefinisikan dengan baik, peneliti dapat melakukan observasi langsung. Disebut pengamatan langsung karena peneliti ingin mendapatkan informasi tentang suatu fenomena atau peristiwa yang sedang berlangsung pada saat itu juga. Setelah beberapa saat mengamati, peneliti mungkin memiliki gagasan yang lebih baik tentang masalah penelitian dan mulai menulis topik, tujuan penelitian, pertanyaan atau hipotesis. Observasi atau pengamatan (menonton apa yang dilakukan orang) adalah salah satu jenis metode korelasional (non eksperimental) dimana peneliti mengamati perilaku yang sedang berlangsung (Trigueros, Juan and Sandoval, 2017).

Observasi lebih dari sekedar melihat. Melihat adalah inti dari semua observasi, tetapi peneliti observasi akan melihhat dengan cara yang terfokus dan sistematis. Observasi melibatkan serangkaian keterampilan yaitu mendengarkan, berpartisipasi, berkontribusi, mengejar, mempertanyakan, berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, menahan diri, bernegosiasi, mendeskripsikan dan sebagainya. Relatif mudah untuk memulai dan mengakhiri wawancara tetapi kapan dan bagaimana peneliti memulai dan berhenti mengamati dan begitu dimulai, berapa lama peneliti harus mengamati menjadi pertanyaan peneliti yang menggunakan observasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memutuskan apakah instrument penelitian observasional cocok untuk peneliti ? apakah pendekatan terhadap penelitian dan masalah, isu atau pertanyaan yang peneliti ingin ketahui cocok untuk metode penelitian observasional ? (Birmingham and Wilkinson, 2003)

  1. Kapan Menggunakan observasi pada Penelitian (Birmingham and Wilkinson, 2003)
  2. Ketika penelitian Anda penting untuk mengetahui cara orang berperilaku dan berinteraksi satu sama lain di lingkungannya
  3. Bila peneliti tertarik ingin meneliti latar social dan apa yang terjadi di dalamnya
  4. Ketika peneliti ingin mengalami sendiri tentang apa yang ingin diteliti
  5. Sebagai tambahan untuk instrument penelitian lainnya
  6. Macam Observasi

Macam observasi diantaranya (Trigueros, Juan and Sandoval, 2017)

  1. Pengamatan terstruktur. Penelitian dilakukan di tempat, waktu tertentu, dimana responden diamati dalam prosedur standar. Alih-alih menulis deskripsi rinci tentang semua perilaku yang diamati, peneliti mengodekan perilaku yang diamati menurut skala yang telah disepakati sebelumnya.
  2. Pengamatan Naturalistik. Mengamati perilaku spontan responden di alam sekitarnya. Peneliti hanya melakukan pencatatan yang dilihat dengan cara apapun.
  3. Pengamatan Partisipan. Variasi pengamatan alami dimana peneliti bergabung dan menjadi bagian dari kelompok yang dipelajari untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang kehidupan responden.

Kuesioner

Kuesioner adalah instrumen yang paling banyak digunakan dalam survei. Kuesioner adalah formulir yang disiapkan secara sistematis dengan serangkaian pertanyaan yang sengaja dirancang untuk mendapatkan tanggapan dari responden untuk tujuan pengumpulan data atau informasi (Annum, 2015). Kuesioner adalah instrumen yang disukai banyak orang dalam penelitian dan merupakan cara yang efektif dan murah dalam pengumpulan data dan mudah dikelola. Kuesioner bisa saja sulit di rancang dan di analisis. Pertanyaan yang diajukan dapat menyesatkan atau ambigu. Namun kuesioner yang terencana dan dilaksanakan dengan baik dapat menghasilkan data yang kaya untuk analisis dan interpretasi sederhana (Birmingham and Wilkinson, 2003).

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

Keuntungan dari kuesioner yaitu lebih dapat diandalkan karena anonym, mendorong kejujuran yang lebih besar, lebih ekonomis daripada wawancara dalam hal waktu dan uang. Kerugiannya adalah pertanyaan yang sama memiliki arti berbeda untuk orang yang berbeda, menimbulkan masalah bagi orang dengan kemampuan membaca terbatas. Wawancara dapat dilakukan dengan kecepatan yang sesuai sedangkan kuesioner sering diisi dengan tergesa-gesa (Cohen, Manion and Morrison, 2017).

Penggunaan kuesioner dikatakan efektif tergantung pada cara perumusan pertanyaan, media penyampaian kuesioner dan metode menghubungi responden saat pengambilan kuesioner. Hal tersebut akan mempengaruhi kredibilitas dan kualitas data yang diperoleh (Birmingham and Wilkinson, 2003). Semakin besar ukuran sampel, semakin terstruktur, tertutup dan numerik kuesioner yang harus dibuat. Begitupun sebaliknya. Semakin kecil ukuran sampel, kuesioner yang kurang terstruktur, lebih terbuka dan berbasis kata (Cohen, Manion and Morrison, 2017).

  1. Alasan Menggunakan Kuesioner (Birmingham and Wilkinson, 2003)
  2. Kuesioner dapat memfasilitasi pengumpulan data dalam jumlah besar dengan sedikit usaha
  3. Kuesioner yang dirancang dengan baik dapat memungkinkan identifikasi hubungan antar data. Hal ini berguna untuk menunjukkan hubungan dengan data yang mudah diukur
  4. Kuesioner melindungi anonimitas responden.
  5. Sebagai instrumen penelitian, kuesioner dapat digunakan berkali-kali untuk mengukur perbedaan antar kelompok orang
  6. Jika dikodekan dengan cara yang tepat, kuesioner dapat memungkinkan analisis dilakukan dengan sangat cepat dan dengan tingkat kesalahan yang rendah
  7. Pertimbangan dalam Menggunakan Kuesioner (Birmingham and Wilkinson, 2003)
  8. Pemberian instruksi singkat dan jelas kepada responden, dapat menghasilkan data yang lebih bermanfaat dan dapat diandalkan. Misalnya sebagai bagian dari program evaluasi kesehatan, peneliti dapat menanyakan “berapa kali responden mengunjungi dokter dalam enam bulan terakhir”. Data akan menjadi tidak berharga jika responden belum pernah mengunjungi dokter dalam enam bulan sebelumnya.
  9. Memaksimalkan tingkat respons. Beberapa menganggap bahwa urutan pertanyaan dapat memiliki efek menguntungkan (atau sebaliknya) pada tingkat respons. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa tingkat respons meningkat ketika pertanyaan diurutkan berdasarkan seberapa relevan pertanyaan tersebut dengan kehidupan kerja responden (Roberson and Sundstrom, 1990).
  10. Panjang dan waktu kuesioner yang ideal untuk diselesaikan. Kuesioner harus diselesaikan tidak lebih dari dua puluh menit. Jika seorang responden diminta untuk memberikan waktu lebih dari itu, responden akan bosan. Dan bila responden bosan, maka jawaban akan “bias”.
  11. Uji coba menggunakan sampel yang sesuai. Saat merancang pertanyaan, mudah terjadi kesalahan dan ambiguitas dalam tata letak dan konstruksi pertanyaan. Uji coba kuesioner dengan sampel kecil akan memungkinkan untuk mengomentari kesesuaian dan kejelasannya. Sehingga dapat diperbaiki atau di kembangkan.
  12. Pengambilan sampel bertingkat. Pengambilan sampel bertingkat berarti menetapkan populasi dan mengambil sampel yang mewakili keseluruhan dari populasi itu. Contoh jika 50 % populasi adalah perempuan, maka 50 % sampel peneliti harus perempuan. Dengan cara ini, sampel akan menjadi perwakilan dari populasi. Namun jika meneliti pada wilayah tertentu, sampel bertingkat ini tidak dapat digunakan karena peneliti memfokuskan pada sub kelompok dari populasi tersebut.
  13. Selingi pertanyaan sikap sepanjang pertanyaan untuk memungkinkan responden mengungkapkan padangannya daripa hanya menggambarkan perilaku responden. Pertanyaan semacam ini menghilangkan kebosanan dan frustasi.

Unsur-unsur dalam kuesioner (Notoatmodjo, 2005)

Jenis pertanyaan

  • Pertanyaan mengenai fakta

Pertanyaan diperuntukkan untuk mengetahui fakta dari responden seperti data demografi (jenis kelamin, pendidikan, agama, status pernikahan, jumlah anak dan seterusnya).

  • Pertanyaan mengenai pendapat dan sikap

Pertanyaan mengenai pendapat dan sikap adalah mengenali jawaban tentang kepercayaan, pendapat, perasaan dan sebagainya.

  • Pertanyaan informatif

Pertanyaan ini mengharapkan jawaban responden tentang apa yang diketahui, didengar dan seberapa jauh yang diketahui serta dari mana mengetahuinya

Bentuk pertanyaan

  • Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka memungkinkan peneliti untuk merekam setiap tanggapan atas pertanyaan yang diberikan oleh responden. Jawaban atas pertanyaan terbuka sama sekali tidak ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat mempersulit analisis. Setiap tanggapan harus dicatat dan di analisis atau diberi kode untuk mengungkap makna dari tanggapan tersebut. Terlalu banyak pertanyaan terbuka di kuesioner, memaksa responden untuk berusaha keras dalam menjawab. Oleh karena itu, sejumlah kuesioner menempatkan pertanyaan terbuka di bagian akhir instrumen, yang memungkinkan responden menambahkan komentar lebih lanjut (Birmingham and Wilkinson, 2003).

  1. Free response question

Responden bebas untuk menjawab. Pada umumnya jenis pertanyaan ini digunakan untuk mendapatkan jawaban tentang pendapat tertentu dari responden.

  1. Directed response question

Responden diberikan kebebasan untuk menjawab namun sudah diarahkan ke “perasaan” dari responden.

  • Pertanyaan tertutup

Sebagian besar kuesioner terdiri dari kumpulan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang semua kemungkinan jawabannya disediakan. Pertanyaan tertutup mudah di kodekan (untuk analisis computer), dan tidak terlalu membeda-bedakan berdasarkan seberapa pandai bicara responden (Birmingham and Wilkinson, 2003).

  1. Dichotomous choice

Dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban/alternative, dan responden hanya memilih satu diantaranya. Biasanya pertanyaan yang menyangkut pendapat, perasaan atau sikap responden. Keuntungan pertanyaan jenis ini adalah mudah mengolah/tabulasinya. Disamping itu, menjawabnya tidak sulit karena hanya memilih satu di antara dua jawaban. Pertanyaan ini dipergunakan jika sudah yakin dan tahu kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

  1. Multiple choice

Pertanyaan ini memberikan beberapa alternative jawaban dan responden dapat memilih satu yang sesuai pendapatnya.

  1. Check List

Jenis ini adalah modifikasi dari multiple choice. Namun, responden bebas memilih jawaban sebanyak mungkin sesuai pendapatnya.

  • Isi Pertanyaan

Hendaknya isi pertanyaan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Banyaknya pertanyaan sangat relatif, tergantung luasnya penelitian tersebut. Pertanyaan mengharuskan responden untuk menunjukkan jawaban sesuai dengan skala yang telah ditentukan sebelumnya, biasanya berkisar dari jawaban yang sangat positif hingga jawaban yang sangat negative (Birmingham and Wilkinson, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alur kata kalimat di kuesioner (Prabandari, 2011)

  1. Kalimat yang tidak memiliki arti ganda
  2. Kalimat harus jelas dan sederhana
  3. Memperhatikan latar belakang responden agar pertanyaan dapat dimengerti oleh responden
  4. Menghindari pertanyaan pendapat kecuali ingin mengukur pendapat
  5. Menghindari kata yang mengarahkan ke jawaban
  6. Menghindari pernyataan yang berisi unsur seperti ‘selalu’, ‘tidak pernah’, ‘semuanya’. Karena akan menimbulkan tafsiran yang berbeda
  7. Menghindari kata seperti ‘sekedar’, ‘semata-mata’, ‘hanya’ agar tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda
  8. Urutan Pertanyaan

Model pertanyaan dapat dibentuk dari 4 bagian yaitu

  1. Introduksi (pengantar)

Sebelum memulai pertanyaan, biasanya dibuka dengan judul penelitian dari peneliti. Kemudian ditambahkan kalimat pengantar tentang tujuan dari penelitian. Penting untuk menyertakan jaminan kerahasiaan, anonimitas dan tidak dapat di lacak. Misalnya dengan menunjukkan bahwa responden tidak perlu memberikan nama melainkan inisial nama.

  • Pertanyaan Demografi

Adalah pertanyaan tentang latar belakang responden seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, asal domisili dan sebagainya. Data demografi membantu peneliti memberikan gambaran yang lebih akurat tentang sekelompok orang yang ingin diteliti dan memahami jenis orang yang diteliti.

  • Pertanyaan pokok

Merupakan inti dari kuesioner. Karena data akan diperoleh dalam pertanyaan ini. Peneliti menggali semua pertanyaan yang diperlukan sesuai tujuan penelitian.

 

DAFTAR PUSTAKA

Annum, G. (2015) ‘Research instruments for data collection’, KNUST GH.

Birmingham, P. and Wilkinson, D. (2003) Using research instruments: A guide for researchers. Routledge.

Cohen, L., Manion, L. and Morrison, K. (2017) Research methods in education. routledge.

Columbia, U. (2023) Research Instrument Examples.

Notoatmodjo, S. (2005) ‘Metodologi penelitian kesehatan’. IKAPI.

Prabandari, Y. S. (2011) MENYUSUN KUESIONER PENGUKURAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Roberson, M. T. and Sundstrom, E. (1990) ‘Questionnaire design, return rates, and response favorableness in an employee attitude questionnaire.’, Journal of Applied Psychology. American Psychological Association, 75(3), p. 354.

Trigueros, R., Juan, M. and Sandoval, F. (2017) ‘Qualitative and quantitative research instruments: Research tools’, Handbook of research methods and applications in political science, 2.

 

Buku Riset Keperawatan dapat di order di link berikut

loading...
Share

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*