
Semoga anak-anak kita kelak menjadi pemimpin hebat di masa depan, menjadi anak yang tangguh, anak kuat menghadapi zaman yang tentu berasal dari orangtua yang hebat. Karena mengharapkan anak sekualitas Ismail maka perlu belajar menjadi ayah sehebat Ibrahim dan ibu sekualitas Hajar. Ada energi besar dimiliki seorang wanita yang energi ini akan menjadi kekuatan perubahan umat jika dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh.
Ibu yang hebat adalah menjadikan aset suami untuk menjadi generasi masa depan. Bukan bagaimana untuk memperkaya diri sendiri, menambah koleksi tas dan sepatu. Jangan menjadi ibu yang memilihkan sekolah untuk anak yang biasa-biasa, untuk guru ngaji diberi gaji yang biasa saja.
Seorang Ibu harus dekat dengan anaknya. Salah satu fenomena anak sekarang adalah ketika ibu tak lagi di rindukan maka inilah petaka pertama pengasuhan. Kok bisa ibu tak lagi dirindukan ? sebab betapa banyak anak sekarang menganggap ibunya musuh. Ini akan berdampak anak menjadi liar dan anak akan betah berlama-lama di luar rumah. Karna ibunya tidak memiliki daya tarik magnet untuk pulang.
Banyak ibu yang salah paham mengenai konsep ASI. Dalam Islam, ASI tidak hanya terkait dengan air susu yang masuk ke dalam mulut anak melainkan kecukupan dalam belaian dan sentuhan seorang ibu pada anaknya. Inilah yang disebut ikatan batin. Ketika ibu jarang memeluk, jarang membelai maka anak akan tumbuh menjadi pribadi jablay. Jika ASI seorang ibu berhenti sebelum anak berumur 2 tahun, maka hak anak untuk bermain dengan puting ibu tidak boleh dilarang. Inilah fase yang menentukan anak terikat hatinya di saat ABG kelak. Ketika ibu mengabaikan fase ini, ibu hanya akan mendapati anak yang menjadikan ibu hanya mengatur dia. Maka jadilah ibu yang dirindukan.
Ibu harus menularkan emosi positif ke anak. Banyak anak mendapatkan “sampah” dari ibunya namun orang lain mendapat “bunga” dari ibunya. Yang berhak mendapat senyuman ibu adalah anak. Mengapa ibu betah mendengarkan curhatan orang namun untuk anak bilang repot. Jadi, ibu harus memiliki manajemen emosi positif.
Ada empat waktu agar ibu terlatih jiwa positifnya yaitu pertama, ibu harus memiliki waktu “me time” bukan belanja dan senang-senang tapi tahajud tanpa harus merasa khawatir dengan anak karena anak dipegang oleh suami atau baca qur’an. Kedua, couple time. Ibu harus tetap memiliki waktu bicara. Setiap malam Rasulullah selalu meluangkan waktu mendengar curhatan Aisyah. Maka bilang dengan suami untuk mendapatkan hak bicara. Wanita yang sehat jiwanya minimal mengeluarkan 20.000 kata per hari. Ketiga, family time. Jalan-jalan bersama keluarga inti. Empat, social time seperti berorganisasi, arisan. Bila empat waktu ini terpenuhi, maka ibu akan stabil.
Tips untuk ibu yaitu ibu harus pandai menulis. Imam Nawawi mengatakan menulislah sebab menulis menentramkan jiwa. Ibu yang sudah tidak memiliki suami karena suami tidak bisa diajak ngobrol dan dirinya tidak memiliki kemampuan menulis maka emosinya gampang terguncang. Biasakan menulis diary. Inilah cara mudah seorang ibu untuk menetralisir “sampah” melalui tulisan.
Ibu harus memiliki tiga skill agar ibu dirindukan anak. Pertama, memasak. Memasak memang bukan kewajiban seorang ibu. Penelitian psikologi Yogyakarta, hal yang membuat anak kangen pulang adalah rindu masakan ibunya. Masakan ibu yang membuat anak ingin pulang. Kedua, memijit. Memijit sejatinya adalah memberi makna sentuhan pada anak. Sebab anak butuh disentuh sampai kapanpun. Ketika seorang ibu mampu memijat punggung, perut dan tangan maka anak akan lancar bercerita. Ketiga, mendengar. Betapa banyak anak bercerita dipotong oleh ibunya. Anak bila bercerita hanya butuh dua hal yaitu dipahami dan dibela. Ciri anak bisa dinasehati yaitu telapak tangan nyaman dipegang, punggungya nyaman diusap dan nafasnya teratur.
Ketika ibu sudah menjadi yang dirindukan, maka anak menganggap rumah bukan tempat yang mewah tapi karena di rumah ada ibunya.
Sumber : Ustadz Bendri Jaisyurrahman. 24 Maret 2016.
Leave a Reply