Ada seorang kakek umurnya hampir 80 tahun. Suatu hari diwawancarai di Masjidil Haram. Sudah 60 tahun dia tidak pernah mau meninggalkan Masjidil Haram untuk shalat lima waktunya kecuali sakit. Jadi dia tinggal di Mekkah tapi rumahnya jauh dari Mekkah. Karena berada di Mekkah, dia tidak mau berpisah dari Masjidil Haram. Sebagai informasi, banyak yang kuliah di Madinah tapi belum pernah Umroh selama hidupnya. Tidak perlu kaget karena banyak orang di Mekkah yang tidak pernah Haji dan Umroh. Karena bagi mereka “apa sih, itu kan cuma bentuk kubus, Masjid yang dimana-mana juga ada Masjid”. Namun kakek ini punya persepsi sendiri tentang Masjidil Haram sehingga dia merasakan atmosfirnya sendiri ketika ke Masjidil Haram. Mungkin menurut kita Masjid itu kalau ada dindingnya, ada atapnya, ada mimbarnya dan sukanya di Masjid yang karpetnya tebal, AC nya kencang, WCnya bersih. Tetapi bila cuma sampai disitu saja persepsi kita berarti kita gagal memahami Masjid. Masjid adalah tempat sujudmu kepada Alloh.
Kenapa ketika masuk Masjid, doanya adalah “Ya Alloh, aku memasuki teritorial tempat sujudMu ini, ampunkanlah dosa-dosaku dan limpahkanlah kasih sayangMu terhadapku”. Jadi teritorial Masjid di masa Rasulullah tidak ada dinding, tidak ada atap. Hanya sebuah patok lahan. Tetapi yang paling penting adalah merasakan atmosfir suasana Masjid. Disitulah tempat untuk mendapat pengampunan dosa dan mendapat RahmatNya. Misalnya disalah satu sudut Masjid Nabawi adalah Raudhah. Tidak setiap orang bisa merasakan atmosfir Raudhah itu. Kalau persepsinya belum benar.
Raudhah, salah satu sudut Masjid Nabawi adalah taman diantara taman-taman Surga karena dititik itulah Rasulullah sering mendapatkan rahmat dari langit yang cukup banyak, bukan di sisi lainnya walaupun satu Masjid itu adalah suasana untuk mendapatkan rahmat dan untuk mendapatkan Maghfiroh tapi khusus untuk Masjid Nabawi ada keistimewaannya sendiri (Raudhah) sebagaimana Maryam yang tinggal di rumah Zakaria lebih berlama-lama di Mihrabnya. Seluruh rumah Zakaria in shaa Alloh itu baik karena, itu rumahnya Nabi. Tapi ada satu sudut dirumah itu yang bernama Mihrab. Setiap Zakaria masuk ke Mihrab tempat ibadah, tempat sujudnya, Maryam kalau di musim dingin dia dapati makanan di musim panas. Kalau di musim panas dia dapati makanan dimusim dingin. “Maryam, darimana kamu dapatkan ini semua padahal kamu tidak pernah keluar rumah? Kamu selalu menjaga kesucian dirimu”. Apa kata Maryam? “itu datang dari Alloh SWT”. Memang ada perbedaan rahmat secara visual antara yang diterima oleh Rasulullah dengan rahmat yang diterima oleh Maryam dalam bentuk makanan musim panas dimusim dingin, makanan musim dingin di musim panas.
Kakek ini ditanya “pernah tidak Anda tidak ke Masjid karena sakit?”. Kakek menjawab “hampir pernah”. Si kakek sakit suatu hari, dia mengatakan sakit di pinggang bagian belakang. Tapi bagi dia bila dia tidak pergi ke Masjid, dia akan tambah sakit. Dia tidak yakin akan sembuh bila dia ke Rumah sakit karena kalau dia tinggalkan Masjid, dia akan tambah sakit. Inilah persepsi beliau. Diapun pergi ke Masjidil Haram dengan sakitnya. Tiba-tiba seperti ada yang mengawal dia ke ruang security. Saking sakitnya dia, dia di rebahkan dan tidak ada yang dia ucapkan selain Subhanallah. Dan seperti ada makhluk yang mengambil sesuatu dari pinggangnya dan setelah itu dia keluar dari ruang security dan bebas dari sakit. Sambil menangis dia menceritakan kejadian tersebut kepada wartawan yang mewawancarainya. Jadi dimana dia sembuh? Masjid.
Ketika Nabi Ayub sakit dimana rumah sakitnya sehingga dia sembuh? Alloh mengatakan “hentakkan tanah itu dengan kaki mu. Keluarlah air. Lalu dipake mandi. Pindah ke tempat lain, dihentakkan lagi dan keluarlah air dingin lalu di minum”. Ketika dipake mandi, sembuh penyakit luarnya dan ketika dipake minum, sembuh penyakit dalamnya. Lalu, dimanakah rumah sakitnya Nabi Ayub?
Masjid merupakan batu loncatan Nabi Muhammad SAW dari tempat yang suci (Masjidil Haram) ke tempat yang suci (Masjidil Aqsa) untuk kemudian ditinggikan ke langit. Jadi bila cara pandang kita benar tentang Alloh mustahil kita tidak mencintaiNya. Kalau cara pandang kita terhadap Alloh lewat AsmaNya benar, mustahil kita berani berjauh-jauh dari Alloh SWT. Kenapa harus belajar Asmaul husna? Satu, agar kita dapat mengenal Alloh. Mengenal Alloh dengan ilmu yang benar. Dengan mengenal Asmaul husna dan memahaminya secara mendalam, seseorang akan dapat mengenal Alloh dengan segala kesempurnaanNya, keagunganNya dan kesucianNya dari segala sifat aib dan kekurangan. Kedua, dapat menyikapi Alloh dengan benar.
Kita pergi Haji atau Umroh, sebenarnya ke tanah suci itu untuk apa? Nanti akan kelihatan setelah disana. Lebih banyak thawaf di Masjid atau thawaf diluar Masjid? Lebih lama tinggal di Masjid atau lebih enak nonton tv di hotel? Kalau orang tidak jelas apa tujuannya akhirnya tidak bisa merasakan atmosfirnya. Jangankan Alloh sedangkan KabahNya yang kelihatan saja, itu menjadi tidak jelas.
Sumber: Ust. Bachtiar Nasir. Mengenal Alloh Seindah AsmaNya
Leave a Reply