Pernikahan Impian

Sebagus apapun keluarga, pasti akan menemui masalah. Hal terpenting adalah memiliki kemampuan untuk kembali ke bentuk semula setelah mengalami keterpurukan. Untuk bisa menuju pernikahan impian, diperlukan kemampuan untuk memiliki platform yang tinggi dan kemampuan untuk memaafkan pasangan. Pihak yang paling cepat untuk merasakan kekecewaan dalam pernikahan adalah perempuan. Pihak yang paling cepat untuk merasakan ketidaknyamanan dalam pernikahan adalah perempuan. Jadi perempuan harus memiliki platform yang tinggi. Perempuan boleh memiliki ekspetasi yang tinggi dalam pernikahan tapi dengan syarat, setinggi apapun ekspektasimu maka platformmu harus lebih tinggi.

Kamu (wanita) tidak akan mendapatkan seorang suami yang tidak akan mengecewakanmu walaupun kamu melakukannya dengan proses yang paling baik dan mendapatkannya dari tempat yang paling baik dan mencari laki-laki yang sholeh sekalipun. Sesholeh apapun suami kamu, akan ada masanya ia mengecewakan kamu, begitu sebaliknya. Kesabaran seperti ini harus sudah dibangun sebelum menikah. Itulah yang namanya platform. Jadi platform terkait dengan sesuatu yang belum terjadi. Platform yang tinggi ditambah memiliki value (keimanan & ketaqwaan yang tinggi) maka akan mudah kembali kebentuk semula (cepat pulih dan memaklumi).

Kemampuan Memaafkan. Terkait dengan sesuatu yang sudah terlanjur terjadi. Kemampuan memaafkan ada hubungannya dengan teori move on. Ada dua aktivitas yang berbeda dalam memaafkan tapi harus dilakukan secara bersama-sama yaitu pertama, aktivitas merelakan dengan hati (aktivitas normatif). Misalnya seorang suami melakukan kesalahan tertentu kemudian istri kecewa maka istri harus berpikir bahwa mau ditangisi seperti apa toh sudah kejadian maka maafkanlah. Sebagai orang yang bertaqwa, kita diperintahkan untuk memaafkan orang lain. Mudahlah memberikan maaf agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Ada pekerjaan kedua dalam memaafkan yaitu melupakan dengan otak kita.

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

Melupakan lebih sulit daripada merelakannya. Kenapa ? Karena terkait dengan apa yang ada dalam otak kita. Di otak kita ada memori jangka panjang dan memori jangka pendek. Memori jangka pendek berisi hal-hal yang mudah terhapus. Tersimpannya hanya detik, menit, jam, hari dan pekan. Apa isinya ? Hal-hal rutin dilakukan, tidak ada yang istimewa dan biasa saja. Maka cenderung akan tersimpan di memori jangka pendek sehingga akan sulit untuk mengingatnya. Untuk melupakan tidak membutuhkan energi melainkan untuk mengingatnya kembali yang membutuhkan energi. Berbeda dengan yang tersimpan di memori jangka panjang. Memori jangka panjang hitungannya tahun, puluhan tahun bahkan seumur hidup tidak bisa dilupakan. Apa yang tersimpan di memori jangka panjang kita ? Hal-hal yang luar biasa baik itu luar biasa indah, menyakitkan, menakutkan. Jadi untuk melupakannya butuh tenaga dan untuk menghadirkan ingatannya kembali tidak membutuhkan tenaga. Orang yang semakin sakit hatinya maka akan semakin tebal mengingat kejadiannya. Tanpa sadar orang memelihara ingatan buruknya. Itu yang menyebabkan semakin tebal ingatan dan tidak bisa dilupakan. Itu sebabnya, karena sedih pasti ia ingin bercerita tapi setiap bercerita akan menebalkan ingatannya. Sehingga sulit untuk melupakan.

Lalu bagaimana melupakannya ? Cara kerja otak hanya akan fokus pada satu hal dalam waktu yang sama. Jadi dalam waktu yang bersamaan, kita hanya fokus pada satu hal. Maka bila otak hanya dilakukan dengan mengingat hal yang negatif tadi maka kita tidak bisa melupakannya dan akan fokus kesitu. Jadi harus fokus ke hal yang lain. Jadi bukan melupakan tapi merubah fokus.

Selain itu, berikan makna baru atas segala hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga nantinya. Insya alloh akan aman menghadapi gelombang badai seperti apapun karena platform jauh lebih tinggi dari berbagai macam hal yang bisa dilewati dalam hidup berumah tangga.

Sumber : Ust. Cahyadi Takariawan. Penikahan Impian. 3 Maret 2018.

loading...
Share

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*