
Konsep diri (self concept) adalah gambaran seseorang mengenai dirinya. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri sebagai keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk disini adalah persepsi individu terhadap sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginannya (Pieter, 2017).
Konsep diri belum ada saat lahir tapi bisa dipelajari dan dibentuk. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi dengan mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain, kemudian didukung melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri selalu berkembang seiring bertambahnya usia. Persepsi orang mengenai dirinya dibentuk selama hidupnya melalui reward dan punishment dari orang-orang di sekitarnya, dari interaksinya dengan lingkungannya.
Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Konsep diri menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi. Jika kita memahami konsep diri seseorang, kita akan mampu memahami tindakan dan juga dapat meramalkan tingkah lakunya dikemudian hari.
Konsep diri berkaitan dengan kesehatan mental seseorang. Dengan kata lain, jika konsep diri seseorang positif maka hal ini akan mempengaruhi kesehatan mentalnya juga. Gangguan konsep diri adalah orang-orang dengan konsep diri yang tidak sehat menyatakan perasaan tidak dihargai, perasaan dibentu, dan selalu merasakan kesedihan yang mendalam dan juga mudah putus asa (Wahyuni, 2012).
Komponen Konsep Diri
-
Gambaran Diri atau Citra Diri atau Citra Tubuh
Gambaran diri adalah penilaian seseorang terhadap keadaan fisik/tubuhnya secara sadar atau tidak sadar, mencakup persepsi tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuhnya saat ini dan masa lalu termasuk kelengkapan fisik, fungsi, kondisi sehat-sakit dan penampilan.
Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan mempelihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu dapat mengubah gambaran diri secara dinamis.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan seseorang tentang sifat-sifat fisik dan kemampuan yang dimiliki dan oleh persepsi orang lain terhadap dirinya. Citra tubuh dipengaruhi juga oleh perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik. Ukuran, bentuk, massa, struktur, fungsi dan arti penting tubuh beserta bagian-bagiannya bersifat dinamis dan sangat mungkin untuk berubah. Citra tubuh mungkin berubah seiring perubahan yang terjadi pada anatomi tubuh dan kepribadian seseorang. Perkembangan dan perubahan normal yang terjadi seiring usia akan mempengaruhi gambaran diri seseorang. Citra tubuh saat usia sekolah akan berbeda dengan citra tubuh saat usia tua (Asrori, 2011).
-
Ideal Diri
Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar pribadi yaitu dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh orang yang penting atau berarti bagi dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada masa remaja, ideal diri dibentuk melalui proses identifikasi melalui orang tua, teman dan guru. Pada usia lanjut, dibutuhkan beberapa penyesuaian, tergantung pada kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Banyak factor yang mempengaruhi ideal diri seseorang diantaranya adalah
- Seseorang cenderung menetapkan ideal diri sesuai dalam batas kemampuannya. Seseorang tidak akan mungkin menetapkan suatu ideal atau tujuan jika sekiranya dirinya tidak mampu mengupayakan diri untuk mencapai tujuan tersebut atau berada diluar batas kemampuannya
- Ideal diri juga dipengaruhi oleh factor budaya, dimana seseorang akan membandingkan standar dirinya dengan teman sebayanya
- Ambisi dan keinginan untuk lebih unggul dan sukses, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan dan perasaan cemas serta rendah diri
Individu mampu berfungsi dan mendemontrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri, sehingga ia akan menyerupai apa yang diinginkan. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
Gangguan konsep diri dapat terjadi ketika seseorang tidak dapat mencapai ideal dan harapan dirinya. Ideal diri sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan dan kesehatan mental seseorang.
-
Harga Diri
Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menentukan apakah harga diri seseorang menjadi rendah atau tinggi. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya menjadi tinggi dan jika individu sering gagal maka cenderung harga dirinya rendah. Seseorang dengan harga diri tinggi dapat menerima orang lain, berekspresi tanpa cemas/takut dan berfungsi efektif di lingkungan social.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama dari harga diri adalah dicintai, perasaan diterima, dihormati orang lain dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri yang tinggi yaitu perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Harga diri yang rendah dapat berupa mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan (isolasi/menarik diri) dan merusak diri.
Keluarga dan masyarakat merupakan seperangkat standar yang biasa digunakan oleh seseorang yang akan mengevaluasi dirinya sendiri. Keluarga sebagai system pendukung utama untuk membantu seseorang meningkatkan harga dirinya. Keluarga dan system pendukung social dapat membantu meningkatkan harga diri seseorang dengan cara:
- Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
- Menegaskan pentingnya dirinya sendiri
- Menolong membuka perasaan negative
- Memberi umpan balik perilaku
- Memberi rasa percaya dan keyakinan
- Memberi informasi yang dibutuhkan
- Berperan sebagai pembela
- Memberi dukungan yang bervariasi: uang, bantuan fisik, material dan tanggung jawab
- Menghargai penilaian personal yang cocok terhadap kejadian
Penyakit kronik yang diderita seseorang dapat pula menjadi stresor tersendiri yang dirasakan cukup mempengaruhi pembentukan konsep diri negatif. Penyakit kronik dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk beraktifitas dan berkontribusi dalam kehidupannya sehingga seseorang merasa tidak berharga dan tidak sukses.
-
Fungsi Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur social yang menimbulkan kesukaran, tuntutan, posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Banyak orang mempunyai lebih dari satu peran dalam satu waktu, misalnya selain sebagai seorang yang sedang mengalami sakit, dirinya harus tetap berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah dan dikantor sebagai karyawan. Setiap peran melibatkan tuntutan dan harapan dari orang lain. Jika seseorang dalam menjalankan perannya dapat memenuhi harapan dan tuntutan dari orang lain maka akan mendapatkan penghargaan.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menyesuaikan diri dengan peran yang diterimanya adalah pengetahuan tentang peran yang diharapkan, respon yang konsisten dari orang lain terhadap peran, kecocokan dan kelengkapan berbagai peran, kesesuaian antara norma budaya dan harapan terhadap perilaku peran dan pemisahan situasi yang akan membuat perilaku peran yang bertentangan.
-
Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran diri yang bersumber dari observasi dan penilaian, dan merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan diri orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri, seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Salah satu dasar persepsi seseorang terhadap kecukupan peran yang diterimanya adalah ego yang menyertai peran, berkembang sesuai dengan harga diri. Harga diri yang tinggi adalah hasil dari pemenuhan kebutuhan peran dan sejalan dengan ideal diri seseorang.
Masa remaja merupakan masa kritis dalam pembentukan identitas. Remaja mulai merapihkan perubahan fisik, emosi dan mental menuju kedewasaan. Orang dewasa umumnya mempunyai identitas diri lebih stabil, yang lebih dikembangkan adalah gambaran diri.
Jenis Konsep Diri
-
Konsep Diri Negatif
Penilaian negatif terhadap diri sendiri, tidak pernah merasa cukup baik, apa yang diperolehnya merasa tak cukup berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain.
Ciri orang yang memiliki konsep diri negatif antara lain peka terhadap kritik, sangat responsif terhadap pujian, sikap hiperkritis, sikap berlebihan dalam melakukan penilaian terhadap orang lain, selalu mencela, mengeluh, meremehkan, tak pandai dan tak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan terhadap kelebihan orang lain, merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan sehingga bereaksi pada orang lain sebagai musuh, tak dapat merasakan kehangatan persahabatan, pesimis untuk bersaing dalam sebuah kompetisi, merasa rendah diri, inadekuat, kurang percaya diri.
Diprediksi bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif akan mengalami hambatan dalam proses penyesuaian dirinya di lingkungan baru. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada pihak yang disalahkan baik itu menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain.
Konsep diri negatif ada 2 yaitu pertama, yang anggapan tentang dirinya tak beraturan atau tidak stabil. Individu ini tak tahu siapa dirinya. Tidak tahu kekuatan dan kelemahannya serta apa yang dihargai dalam hidupnya. Kedua, adalah individu yang persepsi tentang dirinya terlalu teratur atau terlalu stabil sehingga menjadi kaku, individu ini menciptakan konsep diri yang tak mengijinkan adanya penyimpangan dari aturan yang ada. Seseorang dengan konsep diri negatif cenderung mempunyai harga diri yang rapuh, mempunyai harapan yang sedikit sehingga sulit mencapai sesuatu yang berharga.
-
Konsep Diri Positif
Konsep diri positif adalah didasari adanya penerimaan diri. Individu ini mengenal dirinya dengan cukup baik sehingga konsep dirinya stabil tetapi bervariasi dan tidak kaku. Konsep diri ini menerima dan memahami kenyataan yang bermacam-macam tentang dirinya (baik itu kenyataan positif ataupun negatif, kelebihan dan kekurangannya, juga kegagalan dan keberhasilan tentang dirinya) dengan baik. Orang yang memiliki konsep diri positif mempunyai penerimaan diri dan harga diri yang positif juga. Dengan kemampuannya menerima diri sendiri, mereka juga mudah menerima orang lain. Ciri orang yang memiliki konsep diri positif antara lain yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa merasa malu, menyadari tiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mempunyai pengharapan yang realistis terhadap dirinya sendiri, mampu memperbaiki diri karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk mengubahnya.
Seseorang yang mempunyai konsep diri positif adalah jika ia berhasil mengembangkan sifat-sifat percaya diri, harga diri dan mampu melihat dirinya secara realistik. Dengan adanya sifat-sifat seperti ini orang tersebut akan mampu berhubungan dengan orang lain secara akurat dan hal ini akan mengarah pada penyesuaian diri yang baik di lingkungan sosial.
Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan (Hartiyani, 2011).
Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Pada dasarnya konsep diri tidak menetap sepanjang hidup tetapi bisa naik (positif) atau turun (negatif). Jadi konsep diri adalah kombinasi dinamis yang terbentuk selama bertahun-tahun dan dipengaruhi oleh beberapa hal. Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain:
-
Perubahan struktur dan fungsi tubuh
Perubahan struktur tubuh seseorang akan mempengaruhi gambaran diri seseorang. Adanya perubahan penampilan tubuh misalnya amputasi dapat dilihat secara langsung oleh dirinya sendiri maupun orang lain serta berdampak pada fungsi tubuh
-
Budaya
Budaya memegang peranan penting terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Bila budaya setempat memandang positif terhadap perilaku seseorang maka tentunya orang akan merasa nyaman. Sebaliknya bila lingkungan budaya setempat memandang negatif perilaku seseorang maka orang akan merasa terganggu dan tidak nyaman.
-
Usia
Konsep diri pada masa anak-anak akan mengalami berbagai perubahan ketika individu memasuki masa remaja kemudian dewasa. Penelitian Thompson menunjukkan bahwa nilai konsep diri secara umum berkembang sesuai semakin bertambahnya tingkat usia. Pada kondisi baik seharusnya konsep diri semakin positif dengan bertambahnya usia.
Lansia dengan konsep diri yang positif akan mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena memiliki latar belakang yang sukses, penuh penerimaan terhadap hal-hal negatif dalam dirinya sebagai bagian dari dirinya, tidak takut terhadap penolakan dan dapat berfungsi secara efektif. Lansia dengan konsep diri positif akan lebih optimis dan selalu bersikap positif terhadap sesuatu kegagalan serta akan menghargai dirinya.
Lansia dengan konsep diri negatif akan memiliki persepsi yang sempit tentang hidupnya karena ia merasa terancam, memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, dan kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan sosial. Lansia akan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak berbuat apa-apa, gagal, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik. Selain itu, lansia juga akan bersikap pesimistik terhadap kehidupannya dan kesempatan yang dihadapinya, mereka juga akan mudah menyerah dan putus asa.
-
Pendidikan
Pengetahuan diyakini sebagai bentuk pengalaman yang sangat berarti bagi diri seseorang dalam proses pembentukan konsep dirinya. Diperlukan suatu proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan yang baik sehingga meningkatkan kemampuan kognitif individu. Melihat keadaan tersebut, remaja yang mempunyai kemampuan akademis rendah cenderung mempunyai konsep diri negatif.
-
Lingkungan
Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari lingkungan. Konsep diri dipengaruhi oleh penguatan-penguatan, penilaian orang lain terutama orang yang dekat, juga pengaruh status sosial di lingkungannya. Remaja yang pada umumnya sangat sensitif terhadap pendapat teman terutama kelompoknya, sehingga nilai yang dianut kelompok atau lingkungannya ikut mempengaruhi konsep dirinya. Seseorang terkadang membuat suatu komunitas sendiri berlatar belakang kondisi hampir sama. Kelompok ini dapat memberikan support yang cukup berarti bagi setiap orang yang berada didalamnya. Seseorang yang pernah punya pengalaman yang sama dan mampu beradaptasi dapat menjadi model peran dan membantu orang lain yang bernasib sama dengannya untuk dapat beradaptasi.
-
Pola Asuh Orang tua
Orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri terutama pada masa anak-anak dan berlanjut pada masa remaja dan dewasa muda. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang. Orang tua yang selalu curiga akan menyebabkan anak kurang percaya diri.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan antara kedekatan keluarga dengan konsep diri mahasiswa baru (Salim and Chasanah, 2022). Meski hasil penelitian terhadap remaja putri panti asuhan tidak ada hubungan antara kedekatan keluarga dengan konsep diri (Salim and Antara, 2022).
-
Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
-
Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan di persepsi secara negatif. Misalnya tidak diundang ke sebuah pesta maka berpikir bahwa karena saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu bertahan dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang.
-
Kritik Internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik
-
Spiritual
Merupakan keyakinan seseorang tentang nilai-nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan dalam menyikapi kondisi yang dialaminya. Seseorang yang semakin taat dalam kehidupan keagamaannya akan cenderung berfikir dan bertindak positif dalam kehidupannya sehari-hari.
-
Penyakit
Merupakan keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh yang berada dalam keadaan tidak normal pada tubuhnya. Orang yang mengalami suatu penyakit akan berdampak pada fungsi tubuhnya, sehingga tubuhnya tidak berfungsi secara utuh dan optimal dalam beraktivitas dan menjalani kehidupannya sehari-hari, sehingga seseorang selalu merasa lemah dan tidak berdaya.
-
Belajar dari pengalaman
Belajar disini adalah perubahan psikologis yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman dimana umumnya terjadi tanpa disadari individu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, A. & (2011) Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartiyani, N. (2011) ‘Hubungan Konsep Diri dan Kepercayaan Diri dengan Interaksi Sosial Remaja Panti Asuhan Nur Hidayah Surakarta’. UNS (Sebelas Maret University).
Pieter, H. Z. (2017) Pengantar psikologi dalam keperawatan. Jakarta: Kencana.
Salim, N. A. and Antara, A. N. (2022) ‘Hubungan Kedekatan Keluarga dengan Konsep Diri Remaja Putri di Panti Asuhan Al Islam, Sleman, Yogyakarta’, SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 1(1), pp. 83–91.
Salim, N. A. and Chasanah, S. U. (2022) ‘HUBUNGAN KEDEKATAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI MAHASISWA BARU DI STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA’, JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 15(1).
Wahyuni, S. & (2012) Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Leave a Reply