
Pustaka mengacu pada objek-objek, bahan, material, manuskrip, film, video, audio, BUKU, dan format lainnya. Bahkan Pustaka Bunga dimaknai sebagai sekumpulan bunga-bunga dari berbagai macam genus dan family yang diorganisasikan dalam sebuah lahan taman. (Lihat Taman Pustaka Bunga Kandaga Puspa di Bandung)
Hal ini juga turut memperjelas bahwa biblio (pustaka) dari biblioteek (perpustakaan) bukanlah merujuk pada objek buku semata. Termasuk biblioterapi. Bahan material untuk pendekatan terapeutiknya bisa merupakan suhuf (lembaran-lembaran seperti quotes/kutipan dari buku), transformasi buku ke film atau audio, musik, kalimat, puisi, maupun wujud kebendaan yang diadaptasi dari konten buku.
Mengapa? Karena buku hanya mediumnya, dan objek material lainnya itu media (kontainer). Kita sejatinya sedang mengelola konten (data, informasi) dari konteks yang beragam. Karena itu ada unsur “seni” di dalam prosesnya.
Seperti biblioterapi konteks nya adalah untuk psikologis/mental/kognitif-afektif-perubahan perilaku hingga pemulihan jiwa, mungkin ada konteks lainnya seperti pemenuhan hasrat ekonomi, kerumahtanggaan, ekologi/ lingkungan berkelanjutan, teknologi dst.
Ketika Bunda Susan bertemu klien lalu kemudian memasuki 5 fase-fase biblioterapi saya bukan hanya mendapat data/ informasi tetapi juga menghubungkan semua elemen-elemennya (orang, cerita, puisi, dan buku),_as the art of connecting people with stories, poem, books, bookslife. Seni membaca untuk penyembuhan. Mengontruksinya, mengorganisasikan data/ informasi, mereduksi data/ informasi dari “sampah mental” klien, mengambil hanya bagian-bagian yang terkait dengan masalah hingga mengomunikasikan semua itu sebagai sumber (resources) sampai klien menemukan jawabannya sendiri. Ada proses sistem penelusuran juga ke masa lalu klien, ke masa kini dan bahkan masa depannya. Bagaimana semua rekam terapi itu dijalankan tanpa kemampuan dan keterampilan mengolah dan mengorganisasikan data/informasi?
InsyaAlloh, dari pengalaman sejak 2002 sd 2016 studi kasus Biblioterapi sudah terekam jejaknya lewat buku. Kini biblioterapi online di Komunitas Biblioterapi Indonesia sedang mengembangkan aplikasi arsip rekam terapi klien, untuk mengelola informasi individu menjadi bahan evaluasi atas pencapaian mental kognitif-afektif-perilakunya. Pencapaian spiritual-emosionalnya juga.
KBI Online ini ada 4 Sesi : Sesi Biblioterapi tematik, Sesi Biblioterapi klasikal, Qisah, Poemtherapy/Poetrytherapy.
Biblioterapi tematik sesi biblioterapi yang membahas berbagai macam tema baik parenting, pernikahan, kasus-kasus yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari, atau yang sedang jadi trending topic. Tema yang sudah dibahas, yaitu dari bukunya Nunik Noveldy Menikah untuk Bahagia, Karyawan bisa kaya, Menghadapi teman-teman sebaya, Budaya Pop remaja, pelecehan anak, hak-hak reproduksi perempuan, inspirasi dari rumah cahaya, dsb.
Biblioterapi klasikal Sesi Biblioterapi yang membahas satu macam tema sampai selesai. Beberapa Minggu lalu kita sudah menyelesaikan buku “Healing from the Heart” Karya dr. Oz (Memet). Sekarang kita membahas tentang “Penyembuhan cara Sufi”. Nah yang belum baca silakan bisa dibaca dulu pelan-pelan kalau ada yang tidak mengerti bisa langsung ditanyakan.
Sesi Qisah, mengapa ada di KBI online? Sesi Qisah ini bertujuan untuk melatih kemampuan menulis, karena pada prinsipnya literasi bukan sekedar membaca saja.
Poemtherapy/Poetrytherapy, salah satu bentuk terapi dengan menggunakan puisi dalam pengobatan. Istilah terapi puisi seringkali digantikan dengan biblioterapi untuk mewadahi genre yang lebih luas dari media yang digunakan. Terapi puisi juga bentuknya spesifik dan kuat dari biblioterapi, unik dalam penggunaan metafora, citra, ritme, dll. Dan terapi ini menggunakan metode tambahn yang dapat digunakan sebagai pelengkap. Metode yang sudah digunakan di KBI Online, antara lain Metode SMB, Metode Ajari, Metode Progresi, Coloring Method, VideoImagery Method, dll.
Sumber : Bunda Susan (Susanti Agustina)
Leave a Reply