
Ada dua orang dengan respon berbeda ketika sebuah tantangan disajikan. Si A “Pokoknya nggak akan pernah ngerjain itu lagi” dan si B “Yuk coba lagi, kita udah punya pengalamannya, sepertinya bisa lebih baik lagi kedepannya”. Dua respon tersebut sungguh berbeda. Tangguh & kurang. Ketangguhan sesungguhnya dapat diperoleh dari hal-hal negatif seperti penolakan, sakit hati atau kerugian yang dalam keseharian tak dapat terhindarkan.
Resiliansi adalah pilihan-pilihan respon yang dibuat setelah mengalaminya. Dean Becker, CEO Adaptive Learning System yang mempelajari terkait ide resiliansi (ketahanan) mengemukakan bahwa tingkat resiliansi seseorang akan menentukan seberapa besar keberhasilannya dimasa depan, jauh dari sekedar tingkat pendidikan, pelatihan atau pengalaman. Karakter seseorang untuk menjadi lebih kuat setelah mengarungi begitu banyak permasalahan dan tantangan.
Beberapa faktor yang membuat seseorang tangguh, antara lain sikap positif, optimisme, kemampuan untuk mengatur emosi, dan kemampuan untuk melihat kegagalan sebagai bentuk umpan balik yang bermanfaat, ini juga menjadi sumber daya kognitif paling penting bagi diri sendiri, sebagai proses keberhasilan mengevaluasi sebuah proses.
Respon yang baik akan banyak berdampak bagi kualitas resiliansi diri kita seperti
- Belajar memahami diri
- Secara proaktif menemukan banyak hal untuk disyukuri
- Kamu bisa mendapatkan sisi terang dari banyak hal
- Setiap menemukan sebuah kesulitan, kita berlatih menjadi lebih kuat, diujung jalan akan terpesona betapa kuatnya kamu
Sumber : Dwi Indra Purnomo
Leave a Reply