Sebuah kisah dialog antara Alloh SWT dengan Nabi Ibrahim AS. Dalam dialog itu, Alloh memberikan jabatan akan memberikan Nabi Ibrahim sebagai seorang pemimpin “Wahai Ibrahim, AKU akan menjadikanmu sebagai seorang pemimpin”. Lantas Nabi Ibrahim AS menjawab sambutan Alloh SWT dengan berkata “Ya Alloh, aku juga memohon jadikanlah anakku dan cucu-cucuku menjadi pemimpin”. Disini Alloh SWT memberikan syarat dan jawaban atas permohonan Ibrahim AS “Wahai Ibrahim, janjiKu ini kepada engkau, ada syarat. Aku tidak akan memberikan sebuah kepemimpinan kepada orang-orang yang dzolim dan aniaya kepada seluruh umat manusia”.
Dari kisah itu, kepemimpinan bukan sebuah keistimewaan. Namun ia merupakan tanggung jawab. Kepemimpinan bukanlah leha-leha. Namun ia merupakan kerja keras. Kepemimpinan bukanlah fasilitas namun ia merupakan pengorbanan. Kepemimpinan bukan merupakan kesewenang-wenangan dalam bertindak, namun merupakan kewenangan dalam melayani yang dipimpinnya.
Begitu indah paparan Al Qur’an tentang sebuah kepemimpinan. Dialoq tadi menjadi inspirasi bagi kita bahwa menjadi seorang pemimpin adalah tanggungjawab. Cukup indah Al-Qur’an menggambarkan tentang kepemimpinan. Digambarkan dengan 2 kalimat, satu kalimat adalah imam dan yang kedua adalah khalifah. Imam artinya meneladani. Khalifah artinya dibelakang atau pengganti. Dua kalimat ini menggambarkan cukup indah tentang kepemimpinan. Al Qur’an ingin menggambarkan tentang kepemimpinan itu “jika engkau jadi pemimpin di depan teruslah anda menjadi panutan. Namun jikalau engkau dibelakang, jadikanlah engkau sebagai pendorong semua arah dan kehendak sang pemimpin.
Al Qur’an memberikan arahan-arahan yang cukup dalam tentang kepemimpinan. Ada empat sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memiliki sifat sidiq. Sidiq merupakan kebenaran dan tangguh dalam berucap. Benar dan sungguh-sungguh dalam berkata benar dan sungguh-sungguh dalam bertindak. Sifat kedua, Al Qur’an menggambarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat amanah. Amanah merupakan kepercayaan. Dia akan sangat-sangat sungguh menjaga amanahnya darimana amanah itu datang, entah itu dari Alloh SWT atau yang dipimpinnya. Sifat ketiga, seorang pemimpin harus bersifat fatonah. Dia cerdas. Sehingga dengan kecerdasan itu, dia mampu melahirkan suatu solusi bagi apapun permasalahan yang dihadapi. Terakhir yang keempat, Al Qur’an menggambarkan sifat seorang pemimpin adalah harus tabliqh. Dia harus menyampaikan dengan penuh jujur dan kesabaran.
Ya Alloh ya Tuhan kami. Sebagaimana Nabi Ibrahim memohon kepadaMu, anugerahkanlah kepada kami negeri yang aman, damai, penuh dengan persaudaraan. Dan berilah mereka rezeki dari sisiMu yang luas, ampunanMu yang banyak dan anugerahMu yang dalam. Berikanlah kepada mereka sebagaimana Engkau berikan kepada umat-umat NabiMu yang sholeh.
Sumber : Kang Rashied. ‘Kepemimpinan’ kultum bersama Kang Rashied.
Leave a Reply