
Ini kisah nyata yang kualami. Ampun ya Alloh. Ampun atas kesombongan diri ini. Semoga Engkau tak marah padaku. Setiap dzuhur, ada seorang nenek yang rajin datang ke Masjid. Beliau sudah tua sekali. Seperti almh. nenek saya di Solo. Setiap ku bertemu dengannya, beliau menggunakan mukena dan sajadah yang sama. Mukena terusan yang sudah lusuh dan warnanya yang mulai berubah dari putih menjadi kecoklatan. Begitupun dengan sajadahnya. Sajadah keluaran jaman dulu yang tipis ditambah sudah bolong. Yang terlintas dalam hati, aku ingin membelikan mukena dan sajadah untuk nenek ini. Aku ingin nenek ini bisa shalat dengan sajadah yang tebal dan lembut.
Kemarin Alloh izinkan aku membelikan nenek mukena dan sajadah. Dan hari ini aku akan memberikannya pada nenek saat dzuhur. Saat masuk masjid, aku melihat nenek sudah duduk berdzikir saat adzan berkumandang. Dalam hati berucap alhamdulillah bisa kasih ke nenek hari ini.
Selesai shalat, aku memberikannya pada nenek ini. Sudah rapi di kado dengan gambar mawar. Aku menggunakan bahasa indonesia. Dan sepertinya nenek ini tidak mengerti apa yang ku katakan. Lalu, nenek ini memberikan kado dari saya ke ibu disebelahnya. Saya heran. Nenek ini menggunakan bahasa jawa bicara dengan ibu itu. Lalu saya bertanya pada ibu itu “mohon maaf bu, nenek bilang apa. saya tidak tahu artinya?”. Ibu tersebut menjawab “nenek minta kado ini dijualkan”. Saya langsung kaget. Lalu saya bilang “kado ini dari saya untuk nenek ini, bu”. Ibu itu langsung mengatakan “mba, nenek ini orang kaya. anak-anak beliau sukses semua. ada yang ustad ustadzah. anaknya lulus sarjana semua”. Mendengar cerita sang ibu, saya langsung terperajat kaget. Allohuakbar.
Sang ibu lalu berkata bahasa jawa ke nenek kalau kado ini untuk nenek. Dan nenek baru mengerti. Namun nenek ini bilang dalam bahasa jawa kalau tidak usah, saya masih punya. Sang ibu kembali meyakinkan si nenek kalau saya ikhlas memberikannya. Nenek pun berbicara bahwa jawa dengan sang ibu. Saya tidak memperhatikan pembicaraan mereka dan langsung air mata saya menetes. Saya pamit pergi karena saya tidak ingin si ibu dan nenek tahu saya menangis.
Kenapa saya menangis? Ya Alloh.. jangan sampai ada yang berbuat demikian dengan orangtua saya. Jangan sampai orangtua saya terlihat oleh orang lain tidak memiliki apa-apa tapi padahal anaknya sukses. Ampun ya Alloh… Jangan marah pada diri ini.
Kenapa nenek bisa menggunakan mukena yang lusuh dan sajadah yang bolong tapi anak-anaknya sukses? Saya tidak berani menuduh anak nenek ini tidak memikirkan ibunya. Walau bisa saja ada kemungkinan tersebut. Karena kejadian ini mirip dengan almh. Nenek solo saya. Orangtua saya membelikan mukena dan sajadah yang bagus. Namun nenek solo saya tidak suka karena tidak nyaman katanya. Lebih enak mukena dan sajadah yang sudah ada.
Papa mama, maafkan ais tidak pernah memperhatikan mama papa. Tidak tahu apa yang mama papa butuhkan. Ampun Alloh… jangan marah pada diri ini.. Ampuni papa mama ku… Mereka sudah lelah dan payah memikirkan anak-anaknya… Selamatkan papa mama mu dari siksa dunia akhirat.
Leave a Reply