Izinkan Aku Menikah dengan Suamimu

Sudah menjadi rahasia umum bagi para single alias para jomblowers bahwa selama status itu belum berubah, maka persiapkan selalu muka tembok untuk menghadapi para nyinyiers. Setiap berbicara atau melakukan ini dan itu seringkali dikaitkan dengan topik ‘menikah’. Nah, pasalnya dari sekian banyak nyinyiers yang ada, kebanyakan mereka berasal dari kalangan yang telah berkeluarga. Lantas alasan mereka apa? Kebanyakan ‘mengaku’ ingin memberikan motivasi untuk tidak menunda-nunda niat baik menyempurnakan separuh agama dengan segalanya sesukanya. Itu ‘kata mereka’.
Memanglah satu bentuk kepedulian dari orang-orang yang lebih dahulu melangkah ketika menanyakan kapan rekan-rekannya yang ‘belum’ akan menyusulnya. Lantaran telah berbahagia dengan kehidupan barunya, tentu mereka juga ingin teman-temannya merasakan hal yang serupa.
Nah, pasalnya lagi setelah menanyakan kapan menikah lalu dijawab belum bertemu dengan ‘sang calon’, si nyinyiers yang dikira peduli juga tak mampu memberikan solusi. Faktanya, kebanyakan mereka hanya doyan mem-bully ketimbang memberikan solusi. Lantas, bagaimana cara menghadapi realita agar tidak dilanda baper tingkat dewa? 
Sebelum kasus ini kita usut hingga tuntas, izinkan sekilas saya mengulas kembali tentang makna dari pernikahan. Sebagai satu sunnah Rasulullah SAW dan tentunya telah didahului oleh perintah Allah SWT sehingga ia menjadi satu bentuk ibadah dan wujud ketaqwaan pada Allah Swt, pernikahan merupakan sebuah ikatan suci yang tak hanya bisa dilakukan seperti jual beli barang di pasaran. Apalagi sebuah pernikahan yang dianalogikan seperti barang dagangan. Jika satu barang tak kunjung laris, maka terima nasib jadi obralan. Ironinya lagi, saat pernikahan dijadikan sebagai barometer layak atau tidaknya seseorang masuk surga. Lha, berarti yang meninggal sebelum menikah gak masuk surga dunk. 
Setiap manusia -yang masih normal-, sejatinya pasti ingin mewujudkan keinginan tersebut. Khususnya umat Islam yang tentu tidak hanya ingin menikah lantaran kebutuhan syahwat semata, akan tetapi juga ingin mengejar pahala dan keberkahan dalam rumah tangga. Lantas kenapa masih belum tertunaikan? Selamanya diri tak berhenti berusaha, tak ada yang perlu dirisaukan. Bukankah ketentuan Allah itu lebih baik dari apa yang kita inginkan? Barangkali kita perlu menyegarkan serta merapikan kembali prasangka yang ada. 
Kembali pada nyinyiers. Beberapa jurus ampuh barangkali bisa sobat jomblowers gunakan untuk menghadapi mereka.
Pertama, stay cool. Ini adalah langkah pertama jika mereka baru beraksi sekali atau dua kali. Tanggapi dengan santai dan pasang muka biasa saja. Mintalah do’a agar segera dipertemukan dengan sang pujangga. 
Kedua, enjoy full. Jika aksi pun mulai meningkat dan mengundang keresahan, jelaskan prinsip hidup yang kamu jalani. Setiap orang punya pilihan dan jalan hidup berbeda. Bukan berarti terlalu memilih atau pun idealis. Memutuskan tetap berjuang menjalani kehidupan sekaligus berusaha menemukan pendamping yang diharapkan adalah keputusan yang lebik bijak. Sebab tak jarang orang yang larut dalam lelah hati lantas frustasi berkepanjangan. Belum lagi harus menghadapi para nyinyiers yang tak kenal lelah ataupun enggan. 
Ketiga, be powerfull. Bukan ngamuk atau nonjok orang. Tapi gunakan senjata pamungkas. Saat nyinyiers sudah membuat kita tiba di titik ‘gerah’, bilang saja, “Izinkan aku menikah dengan suamimu!” Dan bersiaplah dengan reaksi yang akan terjadi. Bukankah poligami adalah sebuah solusi lantaran belum ditemukannya pendamping hati. Makanya, jangan keterlaluan kalau mem-bully.
Begitu banyak peluang untuk menciderai hati. Jangan pernah menyamaratakan kondisi setiap orang dengan diri kita sendiri. Mungkin saja orang yang dalam pandangan kita begitu rendah, ternyata ia lebih mulia di sisi Allah. Boleh jadi orang yang dalam fikiran kita saat ini merana, pada satu hari nanti kita akan bersimpuh bahkan berlutut meminta belas kasihannya. Oleh sebab itu, mari sama-sama berusaha memperbaiki cara. Meskipun kita berniat baik, jika dilakukan dengan cara atau waktu yang tidak tepat tentu akan sia-sia.
Penulis : Mukrima Azzahra yang berdomisili di Bukit tinggi. Profesi Arabic Translator
Tulisan diatas adalah tulisan dari kawan baru saya di kelas online KETIK. Selama 14 hari kami harus menulis satu artikel dengan tema yang berbeda setiap harinya. Dan salah satu tema yang membuat satu kelas heboh adalah tema poligami. Diantara tulisan teman-teman baru saya ini, Saya sangat suka dengan tulisan mba ima ini. Mungkin karena sesuai dengan yang pernah saya rasakan. Karena itu, saya ingin mengabadikan tulisan beliau di blog saya ini.
loading...
Share

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*