Wajah yang jutek tak ada senyum sedikitpun. Itulah kesan pertama saya ketika melihat bu Eny. Tak ramah sedikitpun. Bisa jadi itu dilakukan beliau hanya ke saya saja. Maklum karena saat itu saya pegawai baru. Masuk Mei 2015 dan baru empat bulan kerja di kampus tapi sudah diminta untuk menjadi ka.sub SDM di bagian umum. Cukup kaget ketika saya harus menjadi atasan bu Eny. Seperti biasa, saya langsung menceritakan ke keluarga saya kalau saya punya staf yang umurnya lebih tua dari saya. Dan pak Salim pesan “Hormati yang lebih tua dan baik dengan stafmu, kerja yang baik”.
Sempat ada pertanyaan dalam hati saya “Ya Alloh, kenapa Engkau tempatkan saya disini”. Tempat dimana seharusnya seorang dosen tempatnya di prodi. Alloh punya rencana apa ya untuk saya? Bagian umum membawahi 3 bagian yaitu bagian SDM, bagian sarpras dan bagian IT. Bagian umum atau biasa kampus ini menyebut bagian ADUM /Administrasi umum adalah bagian yang biasanya dianggap gak ada kerjanya yang benar, tempatnya salah bahkan bagian yang dianggap sebelah mata. Pertanyaan saya itu pun tanpa sadar terjawab ketika ikut kajian ustad syatori “kamu berdoa minta menjadi orang bermanfaat untuk banyak orang. Sekarang kenapa bertanya dan marah ketika banyak orang memanfaatkanmu. Bukankah itu artinya Alloh mengabulkan doamu untuk menjadi orang bermanfaat bagi banyak orang”. Aku cerna semakin dalam dan benar juga ya. Ada di bagian SDM yang mana harus mengurus banyak orang berarti Alloh ingin kita menjadi manfaat untuk banyak orang. Dan kini, saya hanya ingin mengatakan bahwa saya benar-benar sangat bersyukur karena Alloh tempatkan saya di bagian umum. Tidak ada sedikitpun rasa penyesalan ada di bagian umum karena disinilah saya belajar banyak hal termasuk belajar tentang bu Eny. back to bu Eny.
Saya masih ingat banget, hari pertama saat saya pindah ke bagian umum, saya gak dapat meja kerja. Karena saat itu meja ka.sub SDM yang lama masih banyak berkas dan belum dipindahkan. Beberapa hari saya nomaden duduknya. Haha. Dan akhirnya saya pun duduk di meja kerja saya yang saat ini. Masih canggung ketika harus seruangan dengan bu Eni. Bingung mau gimana karena gak ada penjelasan apa-apa. Benar-benar harus proaktif dan tanya ini itu. Apalagi bu Eni selalu ngilang dari ruang adum. Haha. Ada di meja kerjanya bisa dihitung hanya beberapa jam saja. Mungkin gak betah karena ada saya. Kalau saya minta tolong distribusi surat, ogah-ogahan. Dikerjain sih tapi lamaa. Gak langsung gerak cepat. Meja kerja juga berantakan. Kalau beliau gak ada, saya akan rapikan meja kerja beliau. Beliau juga suka ijin kerja. Kalau beliau ijin kerja, saya yang menggantikan mengerjakan tugas beliau biar saat beliau masuk kerja, kerjaan beliau tidak menumpuk. Awal-awal menjadi ka.Sub SDM, saya sampai ikut seminar, beli buku dan belajar di youtube bagaimana cara memahami sifat-sifat orang. Hahaha. Karena bagi saya, kerjaan di SDM itu bisa diatasi semua tapi yang terberat adalah mengatasi “manusia”.
Jujur, saya gak tahu kejadian apa yang membuat bu Eny luluh ke saya. Hahaha. Sepertinya sejak ulang tahun beliau tahun 2016. Saya membelikan beliau kue tart. Dan mungkin beliau cukup kaget dengan perhatian saya ini. Sejak saat itu hingga sekarang, bu Eny 180 derajat berubah drastis. Bu Eny jadi orang yang selalu masuk kerja bahkan masuk sebelum jam kerja dimulai. Bu Eny gak akan ijin gak masuk kerja kalau gak benar-benar penting. Surat-surat langsung di tindaklanjuti hingga selesai. Bu Eny lebih banyak duduk di meja kerjanya dan jarang menghilang. Ketika saya gak masuk atau ada dinas luar yang membuat saya gak ke kampus, bu Eny gak akan keluar dari ruang adum. Meja kerja juga sudah rapi. Entah ada “jin” apa yang merasuki bu Eny.
Tahun pertama mandirinya bu Eni adalah ketika saya diterima dosen magang di UNPAD. Hampir 5 bulan saya meninggalkan kampus dan bu Eny. Bu Eny harus mengurus keSDMan semua sendiri dan bekerja dengan plt ka.sub SDM. Alhamdulillah bisa beliau lalui dengan baik. Cara Alloh cantik untuk kami berdua. Disaat kami sudah mulai memiliki “rasa”, Alloh uji dengan memisahkan kami. Alloh ingin bu Eny tidak bergantung pada saya dan belajar mandiri.
2 tahun bekerja tim bersama bu Eny banyak kejadian-kejadian yang membuat kami jadi saling memahami dan mengerti satu sama lain. Saya pernah bertengkar dengan bu Eny. Bertengkar kami bukan cakar-cakaran tapi diam tak bicara apapun. Itulah tipe saya. Kalau saya marah, saya akan diam dan menjauh. Karena kalau dekat-dekat takut saya tidak bisa mengontrol lisan saya. Tapi entah kejadian apa yang membuat kami baikan lagi. Hahaha. Bu Eny pernah nangis karena saya. Saya lupa kejadiannya tentang apa. Ya begitulah saya, paling senang bikin orang nangis. Kalau boleh dibilang, saya pastilah sangat-sangat banyak menyakiti hati beliau dibandingkan menyenangkan hati beliau. Karena saya atasan beliau jadi beliau hanya bisa mengikuti apa instruksi dari saya. Maafkan saya ya Ibu.
Pernah ada kejadian bu Eni menjadi koordinator ujian masuk mahasiswa baru UPN di kampus kami. Bu Eni sempat pusing karena kekurangan orang untuk menjadi pengawas ujian. Beliau berharap saya bisa ikut menjadi pengawas ujian di hari sabtu. Saya bilang “tidak mau. Hari sabtu saya gak mau diganggu”. Beliau pun cari-cari orang lagi. Hingga akhirnya beliau cerita lagi kalau belum dapat. Saya sangat tahu bagaimana wara wirinya beliau cari pengawas ujian. Dan disitu sebenarnya saya mulai luluh. Tapi saya harus tega. Saya keukeuh bilang “tidak”. Hingga hari H, bu Eny mengurus semuanya sendiri tanpa saya bantu apapun. Dan alhamdulillah berhasil. Semua senang. Dear bu Eny, maafkan kekerasan saya ini. Saya hanya ingin ibu belajar mengurus semua nya sendiri. Karena saya tahu ketika saya ada di dalamnya, saya yakin ibu akan minta bantuan saya dan saya akan bantu ibu. Tanpa sadar, kejadian ini Alloh ingin menjelaskan bahwa bu Eny memiliki potensi dan kemampuan manajerial yang mungkin sebagian orang menganggap bu Eny tidak memilikinya.
Pernah juga bu Eny ke Banyuwangi untuk mendampingi mahasiswa tanding. bu Eny senang sekali bisa ke Banyuwangi. Bisa jalan-jalan. Kami bagai langit dan bumi. Bu Eny senang jalan-jalan sedang saya tidak suka jalan-jalan. Beliau meminta saya untuk ikut juga. Dan seperti biasa, jawaban saya tidak berubah “Gak mau”. Bu Eny tahu banget kalau saya bilang tidak, ya tidak. Mau di sogok pake apapun, gak akan mempan. Untuk soal pekerjaan, saya memang tidak mau bekerjasama dengan bu Eny. Kenapa? Saya gak mau, saya yang terlihat. Saya ingin bu Eny terlihat dengan sendirinya tanpa saya. Karena kalau saya kerjasama kerja dengan bu Eny, bu Eny akan merasa nyaman dan aman karena ada saya dibaliknya. Saya cukup di belakang panggung mendukung dan menemani di samping beliau. Pesan saya ke bu Eny “Ibu kesana untuk kerja bukan jalan-jalan. Jadi gak usah beli oleh-oleh untuk kami disini”. Pesan saya ini benar-benar beliau inget bahkan beliau sampaikan ke teman-teman yang minta oleh-oleh. Hahaha. Alhamdulillah bu Eny benar-benar kerja di Banyuwangi dengan mengurus pendaftaran tanding dan menemani mahasiswa. Saya percaya dengan kerja bu Eny karenanya saya tak khawatir dan benar beliau kerja dengan baik. Hasil kerja baik beliau, Alloh kasih hadiah untuk bu Eny. Alloh buat bis yang ditumpangi bu Eny bermasalah sehingga harus bermalam sehari disana. Alloh serasa ingin bu Eny main-main dulu lebih lama disana. Haha.
Januari 2019, masa jabatan ka.sub SDM saya sudah habis. Dan Alloh memberi amanah baru sebagai ka. bagian umum. Artinya bu Eny tetap staf saya meski bukan staf dibawah langsung. Diijinkan mendapat jabatan lebih tinggi ini, membuat saya tidak lagi hanya fokus ke SDM melainkan harus fokus juga ke bagian sarpras dan IT. Sehingga interaksi dengan bu Eny pun tidak seintensif dulu. Tapi perhatian kami tidak berkurang (gaya mode on). Hahaha. Hingga akhirnya kejadian itu pun tiba. Kalau dulu, Alloh mengetes mandirinya bu Eny dengan saya diterima dosen magang di UNPAD. Sekarang, Alloh mengetes mandirinya saya. Mungkin Alloh merasa saya sudah terlalu lama bergantung pada bu Eny dan saatnya saya belajar mandiri.
Bulan November 2019, ketika di ruang adum hanya ada saya dan bu Eny. Saya di meja kerja saya, begitupun bu Eny di meja kerjanya. Tiba-tiba saya bilang ke bu Eny “Ibu pindah ke prodi D3 Keperawatan ya?”. Dan tahu apa reaksi bu Eny mendengar perkataan saya ini. bu Eny menjawab “Ya mba, saya mau. Pindahin saya”. Saya tidak sedih mendengar jawaban bu Eny ini. Saya langsung eksekusi dan mengurusnya. Memang sudah ada wacana di pimpinan untuk mencari staf admin prodi D3 Keperawatan. Dan momen ini adalah yang pas. Saya menanyakan ke kaprodi D3 Keperawatan (Pak Nur) apakah butuh tenaga admin prodi. Beliau menjawab “Ya, sangat butuh”. Saya pun tanpa basa basi menyodorkan nama bu Eny. Beliau setuju meski beliau juga khawatir kalau nanti bu Eny gak bisa urus ukom karena berhubungan dengan IT. Dan saya pun menyakinkan Pak Nur “Bu eni mau belajar, pak. Asal diajarin dan dikasih tahu caranya”. Pak Nur pun jadi tambah yakin “Ya bu, segera diurus saja”. Karena sudah dapat lampu hijau dari prodi, saya menyampaikan ke pimpinan rencana rotasi ini dengan tertulis dan lisan. Alhamdulillah di acc Ketua dan pembantu ketua II. Saya pun langsung mengurus pembuatan SK. Hanya butuh waktu 3 hari. Proses yang begitu cepat. Dan saya percaya mudahnya rencana ini pun karena Alloh acc. Pindahnya bu Eny ini cukup membuat pegawai kaget. Dikira saya dan bu Eny bertengkar sehingga saya melempar bu Eny dari bagian Adum. Hahaha. Saya hanya bisa senyum-senyum saja mendengarnya. Saya bukan tipe orang yang kalau tidak suka orang, maka saya akan membuang jauh-jauh orang tersebut. Kalau saya tidak suka orang, saya lebih memilih saya yang pergi. Karena saya sayang bu Eny, makanya saya ingin beliau berkembang dan dapat tantangan baru. Saya tidak mau bu Eny menemani saya terus karena itu hanya akan membuat saya jadi “enakan” dan bergantung ke bu Eny. Mulai 2 Desember 2019, bu Eni pindah meja kerja di ruang prodi D3 Keperawatan. Sekarang, bu Eni menjadi staf administrasi di prodi D3 Keperawatan.
Apakah kedekatan saya berkurang setelah beliau pindah ke prodi D3 Keperawatan? Tidak sama sekali. Meski bertatapan wajah memang jadi berkurang. Paling hanya bertemu ketika jam masuk kerja dan jam pulang kerja. Karena kami sudah sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Dan alhamdulillah teman-teman di prodi D3 Keperawatan, menyambut baik adanya bu Eny bahkan terbantu dengan adanya bu Eny. Saya benar-benar lega dan tenang. Keputusan saya tidak salah. Saya hanya akan kasih orang terbaik untuk orang lain.
Dari kisah saya dan bu Eny, kami berdua sama-sama belajar saling memahami. Saya tidak pernah sedikitpun berpikiran bahwa beliau hanyalah seorang tamatan SMA. Pendidikan tak penting untuk saya dalam menjalani hubungan kerjasama. Saya menghargai bagaimana beliau begitu lama sudah bekerja di kampus ini sehingga saya lah yang harus banyak belajar dari beliau. Kalau ditanya, perubahan drastis saya ini pun adalah karena bu Eny. bu Eny membuat saya belajar semakin mencintai orang tua saya. Karena perjuangan bu Eny untuk anak-anaknya membuat saya “saya tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan beliau”. Bagaimana tidak, selepas pulang dari kampus, malamnya beliau harus berdagang lagi hingga tengah malam. Subuh harus ke Pasar beli dagangan untuk kantin di kampus. Jadi wajar bila beliau kadang tertidur saat setelah selesai shalat dzuhur.
Dear Bu Eni, terimakasih banyak ibu. Terimakasih banyak karena telah mengajarkan saya banyak hal. Salah satu kesyukuran yang Alloh berikan untuk saya adalah saya bisa diijinkan mengenal Ibu. Terimakasih selalu ngurusin makan ais. Terimakasih sudah jadi orang tua ais di Jogja. Terimakasih ibu selalu memahami tingkah-tingkah aneh ais. Maafkan ais belum bisa memberikan banyak hal untuk ibu. Maaf selalu marah-marahin Ibu. Tapi untungnya sekarang ibu sudah di prodi D3 Keperawatan jadi ais gak bisa lagi marah-marahin Ibu. Ketika lelah datang, ibu hanya perlu bersabar sedikit lagi. Sedikit lagi, semua harapan ibu akan Alloh acc satu per satu. Ais yakin ibu akan jadi orang hebat.
Leave a Reply