
Daripada bahas pandemi corona yang tak tahu kapan akan usai, mending nonton drama korea kan ya. Apalagi drama korea ini mencapai rekor tertinggi selama drama perkoreaan. Drama korea crashing landing on you kalah (meski saya gak nonton drama ini). Hahaha. Tulisan ini tidak ingin membahas cerita drama korea The World of the Married melainkan ingin mengambil pelajaran penting dari drama korea tersebut. Karena saya selalu berprinsip, apapun kejadian di dunia ini, akan selalu ada hikmah. Sekecil apapun itu. Lalu hikmah apa yang bisa kita ambil dari drama korea The World of the Married ini?
- Setiap keluarga itu akan diuji. ada yang diuji dengan kekurangan harta, ada yang diuji dengan mertua. Ada yang diuji dengan status sosial, sampai ada juga yang diuji dengan kehadiran orang ketiga yang tidak diharapkan. Seperti di drama ini, walau rumah udah mewah, mobil bagus, suami tampan (bukan tampan menurut akuh ya. Haha), tetap saja ada faktor yang membuat konflik rumah tangga menjadi terganggu yaitu perselingkuhan. Maka jangan nikah karena modal baper. Harus disiapkan ilmu, iman, mental, finansial dan visi keluarga yang jelas.
- Kebohongan itu cepat lambat akan terbongkar. Jangan hidup dengan ketidakjujuran, itu akan melelahkan. Karena satu kebohongan akan mengundang kebohongan yang lain. Ketika seorang suami pandai menutupi hubungan haramnya dengan wanita lain, cepat atau lambat itu akan terbongkar. Maka bertaubat, jujur dan berusaha memperbaiki keadaan adalah solusi yang tepat. Walau hati yang pernah terluka tidak mungkin akan seperti sedia kala.
- Jangan hidup dengan dendam. Drama ini agak serem ya ketika sang istri tahu bahwa suaminya selingkuh yang akhirnya mendendam bahkan ada adegan seperti akan membunuh suaminya walau ternyata itu hanya halusinasinya. Lebih parahnya lagi, sang istri akhirnya selingkuh dengan teman lama yang dulu ia sukai juga. Motifnya? dendam. Sampai ada kata-kata darinya “Bukannya wanita tak tahu cara berselingkuh. Kami hanya mencoba untuk setia”. Begitu punchline dari Sun Woo. Ini kata-kata yang menyesatkan. Karena kata-kata tersebut diawali dengan dendam. Dendam adalah senjata syaitan untuk menyesatkan manusia. Seperti anak Nabi Adam, Qabil yang membunuh Habil karena iri dan dendam.
- Jangan salah memilih suami. Nikah jangan hanya karena jatuh cinta, karena bisa hilang logika. Nyeselnya nanti kalau sudah nikah misalnya ternyata dia suka selingkuh, ternyata dia suka kasar, ternyata dia cuma manfaatin, ternyata dia ga suka kerja hanya mau senang-senang kerjaannya, ternyata dia jarang sholat. Maka penting untuk membangun cinta. Nikah tidak hanya karena cinta tapi karena iman dan logis. Misalnya dia jarang sholat. Gimana nanti kalau sudah nikah? Bisa lebih parah. Alloh aja gak ditakuti, apalagi istrinya. Diminta berjilbab aja ga mau. lalu siapkah setelah nikah dia menutup aurat? Kalau gak bisa, suami harus siap mempertanggungjawabkan di akhirat. Sebelum nikah udah suka ngajak maksiat. Apalagi sudah nikah. Jangan-jangan dia akan maksiat dengan yang lain.
- Hubungan itu perlu dirawat. Hati-hati wanita yang setelah nikah masih kerja. Karena gak semua tempat kerja lingkungannya kondusif. Banyak sekali kasus selingkuh antara bos dan sekretaris. Antar karyawan yang sama-sama sudah punya suami atau istri dengan rekan kerjanya, atau teman sekolahnya dulu. Itulah kenapa dalam islam dilarang dua hal ini yaitu bercampur antara pria dan wanita, berdua-duaan antara pria dan wanita yang bukan mahromnya. Hati-hati juga dengan Long Distance Marriage. Karena bagaimanapun, pernikahan yang normal itu harus ada kedekatan dan kelekatan. Kalaupun terpaksa jangan dinikmati. Salah satu harus mengalah dan hidup bersama kembali.
- Tidak ada pelakor. Yang ada adalah hubungan yang lemah. Menurut seorang psikolog bernama Sternberg, sejatinya cinta mengandung tiga komponen. Beberapa komponen ini merupakan indikasi yang bisa membuat hubungan berpasangan jadi sehat. (1) komitmen. komitmen adalah komponen kognitif, berupa keputusan untuk secara berkesinambungan menjalankan kehidupan bersama. Maka cinta tanpa komitmen hanya sebuah kepalsuan. Sama dengan orang yang mau memacarimu, tapi gak mau menikahimu. Ingin enaknya aja. (2) Keintiman atau aspek emosional. Di dalamnya ada kehangatan, kepercayaan dan keinginan untuk membina hubungan. (3) Gairah (passion). Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual atau biologis.
- Berusahalah menjaga hubungan, karena jika bercerai maka anak yang akan jadi korban. Jangan mudah mengatakan “talak” bagi lelaki. Jangan mudah meminta cerai, wahai wanita. Karena pernikahan adalah perjanjian yang kuat. Coba pikirkan bagaimana hancurnya hati anak yang melihat kedua orang tuanya berpisah. Ada luka batin disana, dan berapa banyak yang akhirnya trauma? Maka saat ada konflik, belajarlah untuk komunikasi dengan baik. Utamakan sikap saling percaya dan terbuka. Doa yang bisa membalikkan hati seseorang.
Sumber : Setia Furqon Kholid
loading...
Leave a Reply