
Tantangan terbesar dalam sistem pembayaran kapitasi secara pra upaya adalah kesiapan dan kemauan para dokter primer untuk menerima risiko finansial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kelompok peserta serta kesiapan masyarakat untuk menerima pembatasan jenis dokter dan pelayanan yang tidak perlu (Kongsvedt (1997).
Secara teori pembayaran kapitasi pada dokter akan menurunkan biaya kesehatan dengan mengurangi volume pelayanan (angka utilisasi dan kunjungan) melalui pemberian pelayanan kesehatan yang efektif (Boland, 1996). Pembayaran kapitasi akan memaksa dokter untuk mengubah pola pikir dari yang semula berorientasi pada orang sakit, akan berubah menjadi berorientasi ke orang sehat dengan jalan meningkatkan pelayanan promotif dan preventif, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan efisiensi biaya pelayanan kesehatan (Counterier, 2000; Langenbrunner dkk, 2009).
Penelitian di Norwegia menunjukkan bahwa perubahan pembayaran ke kapitasi menyebaban peningkatan angka kunjungan ke dokter spesialis dan rumah sakit sebesar 42 % dari angka kunjungan sebelumnya (Iversen dan Luras, 2000). Hal ini bertolak belakang dengan harapan pemerintah yang menduga bahwa pembayaran kapitasi akan menurunkan rujukan yang tidak perlu ke rawat jalan tingkat lanjutan.
Dampak pembayaran kapitasi terhadap kualitas pelayanan, juga masih belum pasti. Beberapa peneliti membuktikan adanya pengaruh kapitasi terhadap peningkatan kualitas pelayanan dengan pemberian pelayanan yang cost effective (Mc Elduff dkk, 2004). Sebaliknya, beberapa penelitian lain membuktikan bahwa pembayaran kapitasi ini justru dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan, seperti hasil penelitian Grumbach dkk (1998) yang menunjukkan bahwa sebagian dokter mengalami tekanan akibat adanya pembatasan pengobatan dalam sistem kapitasi dan managed care dan hal ini akan berpengaruh pada pengobatan pasien yang kurang optimal dan dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien.
Pembayaran kapitasi juga mendorong dokter untuk mengurangi pemberian layanan kesehatan (Christianson dkk, 2007). Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa dampak pembayaran kapitasi terhadap efisiensi, perilaku dan produktivitas dokter primer masih menjadi masalah yang kontroversial dan menunjukkan hasil yang bervariasi (Grumbach dkk, 1998; Meyer dkk, 2000; Amour dkk., 2001, Robinson, 2001).
Reschovsky dkk (2006) menyimpulkan bahwa model pembayaran dokter akan mempengaruhi persepsi dokter terhadap insentif yang diterima dan akan berakibat pada perilaku dokter dalam meningkatkan atau mengurangi jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Hal itu berkaitan dengan kemampuan dokter untuk mengatur dan menentukan sumber daya apa yang akan digunakan serta budaya dalam pelayanan kesehatan selama ini, yang umumnya kurang peduli terhadap masalah biaya.
Pembayaran kapitasi merupakan suatu alat yang sangat efektif yang dapat mempengaruhi perilaku dokter untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Carter dan Lankford (2000) keberhasilan pembayaran kapitasi dalam meningkatkan kinerja dokter dipengaruhi oleh rasio pendapatan kapitasi yang diterima oleh dokter. Namun hasil review Christianson dkk (2007) terhadap 1544 artikel tentang sistem insentif/pembayaran provider dan hubungannya dengan kualitas pelayanan kesehatan dari tahun 1988 sampai dengan 2006, belum dapat menyimpulkan tingkat (level) pembayaran dokter yang dibutuhkan untuk
Dampak positif model pembayaran kapitasi:
- Karena dibayarkan di depan, dokter dapat memperoleh kesempatan untuk merencanakan program pelayanan kesehatan dengan lebih baik, dengan dukungan dana yang telah tersedia di depan
- Mendorong berkembangnya standar-standar prosedur/profesi, tidak saja untuk efisiensi dana yang tersedia, tetapi juga meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam hal ini terkait dengan kepentingan untuk mempertahankan citra sebagai kelompok/group dokter, yang harus bersaing dengan kelompok/group lain
- Berkembangnya orientasi pelayanan kearah upaya-upaya pencegahan atau promosi, karena upaya tersebut akan memberikan peluang ke arah efisiensi.
Leave a Reply