Biblioterapi di Film GLASS

Biblioterapi di Film GLASS

Tanggal 18 Januari 2019 lalu telah release film box office yang berqisah tentang 23 kepribadian dan gabungan antara trauma masa lalu/inner child, pengaruh bacaan. Sehingga film ini cocok untuk dikategorikan sebagai sains fiksi psikiatri.

Ketika kecin muncul kembali di film ini, setelah sebelumnya ditemukan di film SPLIT (23 kepribadian), bunda Susan tertantang untuk lebih antusias menganalisis tentang sosok kevin yang diperankan sangat apik oleh James McAvoy.

Film ini seolah menggiring penonton untuk menganggap bahwa otak dari 3 tokoh sentral yang diduga memiliki kepribadian ala superhero oleh psikiater ini diakibatkan karena INSPIRASI KOMIK SUPERHERO. Alat canggih hypnosis untuk mengubah alam bawah sadar digunakan untuk menekan kekuatan tersembunyi dalam pribadi mereka (3 pasien sakit jiwa) di Phyladelpia. Bunda Susan menangkap banyak sekali pesan reflektif dari film ini. Bahwa diatas kekuatan pikiran (ilmu pengetahuan) dan kecanggihan teknologi pengobatan jiwa, ada satu hal yang dahsyat melebih itu semua. CINTA.

Kekuatan CINTA untuk mengisi tangki kekosongan JIWA. Semua sakit jiwa karena tak terisinya tangki cinta. Muaranya pada ketulusan hati yang memiliki energi spiritual tak terkalahkan (the beast sebagai kepribadian monster pada diri kecin pun bisa luluh) oleh sentuhan fisik dan pengisian tangki cinta tulus dari tokoh Casey Cooke yang diperankan oleh Anya Taylor-Joy, seorang gadis remaja dengan riwayat pelecehan yang diculik oleh salah satu kepribadian Kecin sebagai pengorbanan potensial untuk “The Beast” tetapi berhasil bertahan dan malah di film ini berhasil “menyembuhkan” tapi nyaris menyesakkan karena di saat itu peluru polisi bersarang di dadanya. Pesannya apa ? Jiwa selesaikan dengan jiwa bukan dengan senjata. Berharap di akhir film ini terkuak apakah benar semua itu adalah pengaruh dari buku komik superhero yang dibaca mereka bertiga. Tapi tidak juga didapati.

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

Obat jiwa sebenarnya ada dalam dirinya. Bukan dari dosis-dosis yang diresepkan untuk menekan symptom lewat syara yang mereka punya. Dan tentu saja peran pengasuhan masa kecil tak terkecuali. Ketiga pasien ini punya traumatik masa kecil. Trauma perlakuan kekerasan orangtua, trauma dibully di kolam renang (hingga titik lemahnya adalah air), trauma patah tulang saat terjatuh dari karusel (mengandalkan kekuatan otak karena ototnya tak bisa diandalkan), semua punya kekuatan. Dan akan terilhami oleh pemicu otak dan hati.

Di dalam diri seseorang itu memang punya banyak kepribadian. Dalam 5 mesin kecerdasan saja bisa jadi 10 dan turunannya. Hanya saja, ada yang paling dominan diantaranya. Pemicu lainnya bisa karena genetik (20 %) dan lingkungan (80 %). Pendekatan spiritual sangat berperan. Cinta energinya memiliki kekuatan di spektrum 25 kali lebih dahsyat dari perasaan positif lainnya. Maka biasanya CINTA menyembuhkan. Dan CINTA yang paling menyembuhkan didasari TAUHID. Cinta pada sang pencipta. Untuk mencapai kesana harus terus dapat ilham. Karenanya harus IQRO.

Saat meRASA kurang dicintai, tunjukkan bukti-bukti bahwa sebenarnya bentuk CINTA tapi belum kita sadari sepenuhnya. Jangan-jangan kitalah yang punya kaca buram dalam hati sehingga bukti cinta orang sekitar kita tak mampu kita RASAkan seutuhnya. Cara menyelesaikannya, pakai selfftalk, bisa lebih dekat dengan Sang Maha pemberi Cinta.

Sumber : Bunda Susan. Untuk Komunitas Biblioterapi Indonesia. 29 Januari 2019

loading...
Share

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*