
Tertarik dengan video dari Daniel Mananta di sebuah program TV yang bilang bahwa pernikahannya diuji di 7 tahun pertama, 1 tahun pertama itu jatuh cinta, setelah itu berada pada kesadaran bahwa ternyata pasangan terlihat aslinya dan sepertinya orang di luar sana ada yang lebih baik. Apakah hal yang Daniel rasakan itu juga dirasakan oleh mereka yang bertaaruf ? ataukah mungkin itu hanya dirasa bagi yang mengawali pernikahan dengan pacaran ?
Kalau kita nikah cuma karena tertarik parasnya, kagum sama keromantisannya, tutur katanya, belum tentu itu karakter aslinya. Bisa jadi setelah menikah setahun dua tahun apalagi udah dikaruniai anak, cinta itu mulai hilang sedikit demi sedikit. Tergantikan oleh beban hidup yang berat, tuntutan ekonomi, kelelahan mengurus anak, dan lain-lain. Akhirnya cinta pun mulai tergerus. Tubuh kurang terurus, pasangan mulai ketus, suami mulai kelihatan gak becus, wanita lain seakan terlihat lebih mulus. Ini ujian yang berat. Kalau tanpa iman, yang ada hanya tuntutan.
Itulah kenapa “Bangun cinta lebih indah dari jatuh cinta”. Biasanya orang jatuh cinta hilang logika, yang ada hanya kebaikan pasangan. Baru sadar setelah setahun menikah, ternyata ia tak seideal yang diharapkan. Bahkan banyak yang belum 5 tahun menikah udah bercerai. Beda dengan bangun cinta. Saat taaruf yang ada adalah khusnudzon dengan rencana terbaik dari Alloh, menikah bukah emosional semata atau cinta buta, namun lebih dewasa. Menikah untuk cari partner ibadah, yang sama-sama siap berjuang karena Alloh.
Bahkan saat ta’aruf yang ditanyakan pada diri, “Siapkah saya menerima kekurangan diri dan keluarganya?” Kalau kelebihannya sudah pasti tinggal disyukuri. Jadi, apakah yang pacaran dan taaruf akan merasakan hal yang sama ? Jawabannya ya. Namun yang menikah lewat bangun cinta karena Alloh, insyaalloh lebih sakinah dan kuat dalam menghadapi cobaan itu.
Sumber : Setia Furqon Kholid
Leave a Reply