
Tanggung jawab mendampingi buah hati adalah tugas bersama, bukan hanya berada di pundak sang ibu.
Kita tidak akan bisa belajar tentang sabar jika tak terjun langsung mendidik anak.
Aku tidak pernah menyesal terlahir sebagai muslim dan dianggap “terkekang” dengan aturan-aturan agama. Karena dengan itulah jiwa kami bisa lapang, dengan mengingatNya hati kami tenang. Kami tak perlu pusing memikirkan akhir pekan harus mabuk berapa lama seperti temanku dari Romania. Kami tak perlu berpikir berapa banyak uang yang harus kami keluarkan hanya untuk mencari kebahagiaan persis seperti rekanku dari Italia yang kebingungan mencari destinasi liburan. Kami tak perlu bingung memikirkan apakah calon pasangan kami akan memuaskan di ranjang atau tidak karena tak pernah mencobanya sebelum menikah. Kami tak perlu sibuk bekerja hingga meninggal seperti orang Jepang hanya untuk memuaskan dahaga dunia lalu lupa dengan anak-anaknya.
Untuk itu, keluarga adalah kunci dan fondasi paling awal menantang “keras”nya dunia. Jika agama hilang dari keluarga kita, maka bersiaplah menerima gaya hidup baru yang semakin menjauhkanmu dari Tuhan. Bagi kalian yang senang semakin jauh dari Tuhan, silakan! Tapi bagi kami keberadaan Alloh di hati adalah segalanya. Bagi kami, menjaga anak dan keluarga kami dari api neraka lebih kami takutkan dibanding mengikuti mau manusia yang selalu berujung pada nafsu belaka.
Generasi ini hilang karena nilai-nilai agama telah tertukar menjadi kebebasan pribadi dan pilihan sendiri-sendiri. Hilang karena nasihat dari orang tua tak lagi didengar tergantikan dengan suara-suara para idola remaja yang pintar berpoles di depan kamera. Hilang karena keteladanan dari guru, orang tua, hingga tokoh-tokoh berkarakter terkalahkan dengan idola para remaja.
Rumah adalah tempat paling penting dalam membangun sebuah generasi bermartabat. Rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Jika ia reyot, rusak, tak berpendidikan, maka jangan heran jika bibit-bibit itu tumbuh jadi layu, rapuh dan liar.
Leave a Reply