Aksi bela qur’an 212 memang telah usai. Namun, kehadirannya (Moh. Nashir Salim) di acara aksi bela qur’an 212 menjadi isyarat berada di barisan manakah keluarga Pak Salim Mas’oed berdiri. Kehadiran kakak ke tiga saya ini sangat diluar dugaan saya, adiknya. Apalagi beliau merasakan sholat Subuh berjamaah di Monas. Walaupun beliau super sibuk dengan pekerjaannya sebagai konsultan akuntan, namun saya tahu kenapa beliau menjadi salah satu orang pilihan Allah SWT untuk menjadi saksi merasakan dahsyatnya acara tersebut.
Quote yang kakak saya tulis di wall FB nya “Karena kesempatan itu selalu ada selama punya niat. karena niat butuh keberanian dan tidak sekedar mau. Keberanian selalu berjalan bersama perencanaan yang tepat dan dapat dilaksanakan dengan cerdas. Tidak semuanya harus dibuktikan dan tidak semua bukti perlu ditunjukkan. Kembali semuanya pada niat yang disempatkan”. Ridho Allah SWT pun menjadi penentu untuk membuat kakak saya ini melangkahkan kaki ke Monas.
Moh. Nashir Salim. Lahir di Tegal, 28 Juni 1986. Pendidikan terakhir S2 Akuntansi di UGM. Beliau pernah menjadi trainer dan dosen di STIE Bank BPD Jateng Semarang. Saat ini bekerja sebagai wakil manager office dan konsultan akuntan di KAP Usman & Rekan Jakarta dan sebagai dosen tidak tetap di STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
Allah SWT mengirim para mujahid untuk hadir di acara bela qur’an 212 bukan tanpa sebab. Mereka adalah pilihan Allah SWT. Termasuk kakak saya. Lalu kenapa beliau bisa hadir di acara tersebut ? Ini analisis saya. Semasa kuliah S1 tahun 2005, beliau sangat aktif di organisasi keagamaan. Mulai dari menjadi sekretaris di Lembaga Dakwah FE UII, sebagai sekretaris jenderal dan Ketua Umum KAMMI UII, Sekretaris jenderal KAMMI Provinsi DIY.
Anak-anak Pak Salim Mas’oed dari TK dan SD di sekolahkan di sekolah Islam. Namun, hanya kakak ke tiga saya ini saja yang SMA nya di sekolah Islam. Jadi gak heran kalau beliau lebih sering ketemu al qur’an karena pasti harus menghafal al qur’an. Beliau juga orang pertama yang paling berani, mau dan siap saat Pak Salim & Bu Hartinah menawari ikut umroh. Jadi beliau adalah anak pertama yang ikut pak Salim & Bu Hartinah ke Mekkah.
Saya sangat menghormati dan menyayangi kakak ke tiga saya ini. Sebagai adik, saya sangat merasa aman dan tenang saat beliau ada di dekat saya. Saat saya pertama tinggal di Jogja, beliau lah orang pertama yang mencarikan saya kost, menyiapkan semua keperluan saya di Jogja. Saat saya sakit, beliau selalu datang pagi, siang, malam untuk bawakan makan untuk saya. Saat Merapi meletus pun, saya merasa tetap aman karena ada kakak saya ini di Jogja bersama saya.
Beliau menjadi anak yang sangat dinantikan kehadirannya oleh Pak Salim & Bu Hartinah saat mudik karena beliau menjadi anak penenang di rumah. Beliau sangat pintar bicara terutama kalau kasih nasehat untuk saya. Apa yang dikatakannya, saya dengar dan ikuti karena apa yang dibicarakan selalu masuk akal dan ngena banget ke hati.
Kehadiran kakak saya ini di aksi bela qur’an 212 menjadi bekal pahala untuk Pak Salim & Bu Hartinah. Melalui kakak saya, setidaknya saat kelak Allah SWT tanya ke Pak Salim & Bu Hartinah, mereka bangga karena anaknya menjadi mujahid pembela qur’an. Sebagai orangtua, Pak Salim & Bu Hartinah telah berhasil menjadikan anaknya mencintai qur’an & berjuang untuk agama Allah SWT.
Kakak saya ini memang pantas menjadi pilihanNya. Karena Allah SWT ingin menguatkan, mengokohkan pendiriannya untuk menjadi salah satu mujahid pembela qur’an dan Islam. Karena setelah beliau ikut aksi bela qur’an, saya merasakan perubahan yang lebih baik pada kakak saya ini…
Saya bangga menjadi adikmu… Saya bahagia karena Allah SWT memilihmu… Bersiaplah karena saya yakin ada rencana besar dari Allah SWT untuk kakak saya ini…
Leave a Reply