Nama Alloh yang akan membuat kita merasakan kemuliaan diri kita. Kita akan menghargai diri kita dari nama Alloh Al Kariim, Alloh yang Maha Mulia. Alloh SWT berfirman “Wahai manusia apa yang membuat engkau terperdaya sehingga durhaka terhadap Tuhanmu padahal Tuhanmu itu Maha Kariim, Maha Memuliakanmu”. Kok bisa kau bermaksiat kepada Tuhanmu padahal Tuhanmu sangat memuliakanmu. “Siapa yang ingkar kepada Alloh sesungghunya Tuhanmu Maha Kaya, Maha Kariim, Maha Mulia, Maha Memuliakan”.
Al Kariim sering kali diartikan oleh banyak orang dengan kedermawanan secara materi. Padahal Al kariim lebih luas daripada itu. Seluruh sifat yang mulia, segala sesuatu yang terpuji, segala sesuatu yang bermanfaat sering diikuti dengan kalimat Kariim. Sehingga kita sering menyebut ahlakul karimah (akhlak-akhlak yang mulia). Al Qur’an Nul Karim disifati dengan kariim. Kenapa demikian? Karena di dalam al qur’an berisi segala macam kebaikan.
Alloh mengatakan DiriNya Al Kariim karena ingin memberitahukan pada manusia “Aku ini sangat baik kepadamu. Aku sangat memuliakanmu karena Aku adalah Kariim”. Orang yang memiliki nasab yang mulia disebut karim karena itu Nabi Yusuf disebut kariim (Ibnu kariim). Dia adalah orang yang mulia, ayahnya orang mulia, kakeknya orang mulia.
Al Karim adalah Alloh yang memulai berbuat baik kepada kita dan tidak menyebut-nyebut kebaikanNya kepada kita. Dia yang tidak pernah menyia-nyiakan harapan orang-orang yang berharap. Karena itu dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Alloh Maha malu, Maha memuliakan. Dia malu apabila ada seseorang yang mengangkat tangannya ke atas lalu meminta kepada Alloh. Alloh malu apabila tangan ini kembali kebawah tanpa mendapatkan apa-apa”. Kenapa? Karena Dia tidak hanya malu tapi Dia Maha Memuliakan.
Boleh jadi kita datang kepada orang yang kita kenal sangat mulia. Lalu, saat kita datang kepadanya dia berkata kepada kita “maaf saya seharian ini belum bisa membantumu. Tetapi Alloh kariim tidak mungkin engkau meminta sesuatu kepadaNya kecuali Dia akan beri engkau dan tidak akan Dia menghinakan dirimu”.
Suatu hari ada seseorang yang datang kepada seorang sahabat meminta sesuatu kepada sahabatnya. Lalu sahabt ini, saat ingin memberi sesuatu kepada orang itu meminta kepada pembantunya “wahai pembantuku, tolong matikan lampu”. Lalu pembantu ini mematikan lampu lalu memberi. Pembantu tanya mengapa dimatikan lampunya. Lalu Sahabat menjawab “Karena aku tidak ingin melihat hinanya wajahnya saat dia menerima sesuatu dariku”. Kenapa sahabat ini bersikap demikian? Karena dia memiliki sifat kariim. Lalu bagaimana dengan Alloh Al Kariim.
Imam Al Ghozali mendefinisikan Alloh Al Kariim adalah Alloh yang apabila berjanji, menepati janjiNya. Alloh yang memberi melampaui batas harapan pengharapnya. Alloh yang tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi. Dia yang tidak rela apabila ada permohonan dimohonkan kepada selainNya.
Menarik sekali di Al Qur’an kata kariim dikaitkan dengan kata kafir. Alloh SWT berfirman “siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya. Siapa yang kafir, sesungguhnya Tuhanmu Maha kaya lagi Maha mulia”. Apa kaitannya kafir dengan Maha Mulianya Alloh? Seakan-akan Alloh ingin berkata meskipun kamu kafir, meskipun kamu ingkar kepadaKu, tetap engkau tidak akan terhalang dari kepemurahanKu, dari pemberianKu. Kenapa demikian? Karena Aku adalah Al Kariim. Aku yang Maha Mulia, Aku yang Maha Memuliakan. Diantara makna Kariim yang disebutkan tadi, Alloh SWT tidak rela apabila ada permohonan yang dimohonkan selain kepada Dia. Karena itu, ada manusia yang memiliki sifat Kariim sering berkata kepada kita “kamu kalau butuh apa-apa, bilang kepada saya. Semua kebutuhanmu telah saya jamin. Saya marah kalau kamu minta kepada selain saya”. Lalu bagaimana dengan Alloh? Pastilah Alloh akan marah bila kita memohonkan selain kepada Dia. Ada orang badui yang bertanya pada Rasulullah SAW “Ya Rasulullah, siapa yang akan memperhitungkan amal kita di hari kiamat?” Rasulullah menjawab Alloh. Lalu Arab badui ini berkata “Subhanalloh.. Al Kariim.. Kalau Dia menerima, Dia akan memaafkan”.
Suatu hari Rasulullah bersama para Sahabat diundang walimah dan di walimahan itu disediakan daging unta. Tidak lama kemudian datang shalat Dzuhur. Semuanya sholat lalu para Sahabat terus membicarakan hal-hal yang penting sampai tiba waktu Ashar dan mencium bau tak sedap di ruangan itu. Lalu bagaimana Rasulullah yang memiliki sifat Kariim ini. Rasulullah bersabda “siapa yang memakan daging unta hendaklah dia berwudhu”. Semua sahabat berkata “Ya Rasulullah, semua kami makan daging unta”. Lalu Rasulullah bersabda “kalau demikian kalian semua berwudhu”. Kenapa demikian? Karena Rasulullah ingin menjaga kehormatan hamba Alloh yang tadi buang angin. Kalau hanya dia yang keluar maka dia akan malu dihadapan para sahabatnya.
Alloh Al Kariim terlihat jelas pada diri manusia. Kenapa demikian? Karena manusia adalah makhluk yang Alloh muliakan. Alloh berfirman “sungguh telah Kami muliakan anak manusia itu. Dan telah kami utamakan anak manusia itu atas makhluk yang lain. Kami beri dia rezeki dari yang baik-baik”. Alloh memuliakan manusia melebihi makhluk yang lain. Karena itu tidak heran dalam Al Qur’an, Alloh berfirman “wahai manusia, apa yang membuat engkau durhaka kepada Tuhanmu yang telah memuliakanmu. Dia Alloh yang telah menciptakanmu dan menyempurnakan ciptaanmu,tak ada yang membuat punggungmu tegak”. Bayangkan bila seandainya punggungmu bengkok sebagaimana hewan. Alloh menciptakan sendi-sendi begitu elastis. Alloh seakan-akan ingin mengatakan “Aku sedang memuliakanmu diatas makhluk yang lain”.
Sumber : Ust. Jumharuddin, Lc. Asmaul Husna TV One 15 Maret 2015
Leave a Reply