
Nggak bisa dipungkiri, ujian rumah tangga seringkali terjadi karena hal-hal ini:
- Mertua. Mertua yang mapan atau tajir biasanya merasa berhak mencampuri urusan anaknya, dikit-dikit ga percaya, dikit-dikit ngasih bantuan yang kadang bukan membantu justru terkesan merendahkan. Sebaliknya, mertua yang kurang mampu banyak yang terkesan memanfatkan menantunya. Minta dibantu ini itulah, minta diwujudkan semua keinginannya, dll. Mertua ideal adalah mertua yang paham posisi, memberikan support pada anaknya yang sudah menikah untuk berkembang, mendo’akan mereka, tidak menuntut berlebihan. Kalau dapat mertua kaya gini harus sangat bersyukur.
- Ipar. Ipar juga bisa jadi penyulut masalah. Karena biasanya masalah dia bisa menyeret masalah keluarga juga. Misalnya istri mau bantu adiknya, tapi dengan kesetidakpengetahuan suami. Saat suami tahu merasa tak dihargai. Akhirnya niat menolongpun jadi malah berujung cekcok suami istri. Disini butuh keterbukaan. Dan seorang istri harus paham posisi, bahwa setelah menikah ketaatan paling utama dirinya adalah suaminya, prioritas utamanya adalah anak dan suaminya. Jika salah prioritas dan tak mau taat sama suami, yang terjadi bisa perceraian.
- Komunikasi yang buruk. Suami atau istri yang jarang bicara, menyimpan banyak rahasia, tak mau terbuka menjadi penyebab terbesar ketidakharmonisan. Seperti status tanpa hubungan, menikah tapi tak ada komunikasi, tak ada keharmonisan. Bertahan hanya karena ada anak. Hal ini jika berlarut-larut bisa bahaya, suatu saat perang dingin bisa pecah jadi perang besar. Semua saling menuntut, saling menyalahkan, merasa benar sendiri. Padahal biasanya cuma karena hal sepele, misalnya istri ditelpon gak diangkat, suami di wa ga dijawab, pulang ke rumah tapi istri ga melayani, dll.
- Uang belanja. Ini juga salah satu persoalan yang sering terjadi di keluarga. Istri merasa suami pelit dalam memberikan nafkah, suami merasa istri boros dalam belanja. Akhirnya saling menuntut, saling curiga. Beberapa wanita akhirnya cari tambahan penghasilan biar bebas belanja apapun, biar bisa belanja atau memberi pada saudaranya tanpa harus merasa tak nyaman dengan suami. Toh uang sendiri kan? Atau yang lebih parah suami ga memberikan nafkah untuk anak dan istrinya, kalau ini sih termasuk zalim namanya. Karena tugas suami adalah menafkahi. Kalau kasusnya suami sudah ikhtiar tapi belum dapat sesuai yang diharapkan, semestinya istri memberikan semangat, doa juga dukungan pada suami. Disinilah terlihat mana istri yang sabar mana yang tidak.
- Selingkuh. Perselingkuhan sangat bisa terjadi, walau sudah menikah. Misalnya suami tergoda dengan wanita lain di tempat kerjanya. Merasa nyaman dengan wanita lain yang lebih care dengan dirinya. Biasanya sih karena pelampiasan. Istri digoda mantannya dulu, saat reuni ketemu teman yang dulu disukai, nah ini ga menutup kemungkinan menjadi alasan perselingkuhan. Padahal sudah jelas dalam Islam selingkuh itu haram. Bahkan pelakunya mesti dirajam sampai mati. Karena dampaknya yang begitu berat.
Semoga kita kelak bisa membangun keluarga yang harmonis dan samawa. Dan bisa dengan bijak menyelesaikan tantangan rumah tangga.
Sumber : Furqon Setia Kholid
loading...
Leave a Reply