
Perilaku kita hari ini adalah produk dari pengasuhan orang tua kita di usia 0 – 15 tahun. Jadi karakter kita sangat besar dipengaruhi oleh pengasuhan orangtua kita. Anak tidak memiliki sosok ayah, cenderung menjadi peragu, gampang terprovokasi karena sosok ayah memberikan ketegasan. Anak yang tidak memiliki sosok ibu maka tidak memiliki jiwa empati. Ayah yang tegas sejatinya menghasilkan anak yang tegas. Wanita yang dekat dengan ayahnya menjadi wanita yang tak mudah disentuh oleh laki-laki.
Dalam riwayat Imam Muslim “tidaklah seorang bayi lahir dalam keadaan fitrah kecuali orangtuanya menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Dan Hadits Imam At Dailami “jauhilah oleh kalian kembang hijau yang bermukim atau tinggal di kubangan kotoran kerbau”. Dari dua hadits ini, akan bisa melihat sosok pasangan atau diri sendiri.
Hadits pertama, setiap bayi adalah baik. Pandangan barat menganggap anak seperti kertas kosong. Maka mau di gambar seperti apa jadilah seperti itu. Berbeda dengan Islam. Islam memandang bahwa anak memiliki program dari Alloh yaitu sejenis software yang telah Alloh setting dan telah ditentukan.
Empat fitrah manusia, pertama adalah bertauhid “dulu sejatinya kita muslim. Namun orangtuanya yang membuatnya menyimpang”. Kedua adalah sejatinya kita pemimpin “diciptakan kita untuk menjadi pemimpin”. Ketiga adalah sejatinya kita cerdas. Keempat adalah makhluk untuk beribadah. Jadi tugas orang tua adalah menjaga fitrah tersebut. Fitrah yang menyimpang dipengaruhi oleh orang terdekat.
Laki-laki fitrahnya bicara singkat dan padat. Anak laki-laki yang tidak dekat dengan ayahnya cenderung feminim. Orang gay itu karena tidak memiliki sosok ayah di masa kecil. Laki-laki tidak memiliki sosok ibu maka wajar bila air mata seorang istri berember-ember tapi ia hanya bilang kamu kenapa. Tapi laki-laki yang dekat dengan ibunya akan memahami perasaan wanita maka ia akan mudah memahaminya. Maka lelaki yang dekat dengan ibunya akan lebih kuat dari sisi hubungan dengan istrinya, lebih peka dan tahu bagaimana memuliakan perempuan.
Anak perempuan yang tidak memiliki sosok ayah di masa kecil akan memiliki dua dampak. Pertama, bila sudah ABG akan mudah jatuh ke pelukan lelaki. Kedua, kalau berumah tangga dan ribut dengan suaminya maka ia akan cenderung memilih menggugat cerai atau selingkuh dengan lelaki lain.
Makna hadits kedua yaitu kembang hijau artinya orang yang kita lihat baik tapi bersumber dari kotoran kerbau (lingkungan yang tidak baik). Karakter 0-15 tahun itu menetap. Bila ingin mengubahnya butuh effort yang luar biasa. Karena itu, ada hadits “jika datang kepada kalian seorang yang baik agama dan akhlaknya”. Agama dipengaruhi dari aspek spiritual sementara akhlak dipengaruhi oleh pengasuhan. Maka ada orang yang sholatnya rajin tapi kasar.
Jika ingin menikah, jangan terhipnotis dengan visinya. Belajarlah pola karakter untuk mengantisipasi bahwa dari karakter itu bukan mencari pasangan yang sempurna melainkan bisa diantisipasi kekurangannya. Nikah itu bukan dicatat karena cinta tapi komitmen. Cinta bisa hilang, komitmen bisa diperbaharui. Maka nikahilah pasangan yang sejak semula orang yang komitmen. Sebab saat lelaki mengucap ijab, ia bukan berjanji pada perempuan dan wali melainkan dihadapan Alloh.
Begitu kuatnya pengasuhan membentuk karakter. Maka peran keluarga dalam pengasuhan tidak boleh sembarangan. Jadilah orang tua yang amanah (mendidik anaknya bahwa anak adalah amanah). Kehancuran rumah tangga di sebuah bangsa ditandai dengan day care yang tumbuh subur karena orangtua menganggap sepele (dititipin aja).
Sepakatilah peraturan yang tidak boleh dilanggar di depan anak. Fungsi ibu bukan menegakkan aturan. Ibu yang sedang membuat aturan di rumah sejatinya sedang menanam benih ketidakpercayaan di anak. Fungsi ibu itu memberikan rasa nyaman dan yang menegakkan aturan adalah ayah.
Petaka pertama kali pengasuhan dimulai dari ibu yang tidak lagi dirindukan oleh buah hatinya. Jangan curhat tentang pasangan ke anak. Pengasuhan intinya stimulan dan persepsi. Jadilah orangtua yang berbicara baik tentang pasangan di depan anak meskipun sedang konflik. Jadi anak akan berpikiran positif tentang orangtuanya.
Sumber : Ust. bendri Jaisyurahman. Peran Tepat Keluarga
Tulisan ini baik. Oase di padang tandus. Saya suka membaca ini. Analisa dari sudut pandang yg tak biasa, membuat sy terus membacanya. Seringkali wanita menyalahkan dirinya sendiri bila ada pelakor, padahal sebenarnya ada laki2 yg membuka diri.